6. Terlalu Dekat

7 0 0
                                    

"Kamu sudah mulai sadar
Atau hanya ingin kembali
Membuat ku terluka."

===

Author.

Jihan menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya, ia merasa tak baik-baik saja. Ia hanya terlalu takut untuk menerima fakta yang selalu ia rasakan selama ini. Ia merasakan elusan di puncak kepalanya, ia mengangkat kepalanya memperhatikan cowok yang tak terasa sudah tiga bulan ini menjadi teman duduknya.

"Lo kenapa Han?"

"Nggak pa-pa kok." Jawab Jihan sembari membenarkan duduknya.

Cowok itu menyentuh kening Jihan, ia hanya memastikan gadis itu sakit atau tidak.

"Anta, kamu ngapain?"

Cowok itu.

Anta.

Ia sudah menjadi seorang yang bisa menjadi teman bagi seorang gadis penyendiri seperti Jihan. Ia tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menjadi teman dan pendengar sudah cukup.

"Lo demam, kenapa ke sekolah?"

"Males dirumah, lagian demamnya nggak parah banget kan?"

"Orang tua lo pasti khawatir kalo tau lo ke sekolah, bodoh banget sih."

Anta sudah duduk di samping Jihan, menatap wajah pucat itu sudah seperti rutinitanya saat pagi.

"Palingan sembuh kok nanti, tinggal minum obat kan?"

Ahhh.. Jihan lupa, ia masih belum memberi tahu cowok itu tentang hidupnya dan rahasianya. Anta pun tak pernah memaksa Jihan, kalaupun iya Jihan selalu jawab kalau ia sudah pernah berjanji.

"Dasar keras kepala." Ucap Anta sembari mengelus lembut rambut yang diikat itu.

Jihan sudah tidak sekaku dulu berteman dengan Anta, ia sudah mulai paham sikap Anta. Anta hanya dingin dan jutek saat diliat sesaat, namun jika sudah kenal cowok itu benar-benar hangat dan penuh perhatian. Sayangnya Jihan tak semudah itu bisa menyukai lelaki, ia tetap merasa hatinya hanya untuk cowok ter-brengsek sepanjang masa di hidupnya siapa lagi kalau bukan...

Arvin Dirgantara.

"Han, kok anak-anak pada sibuk nyalin sih?"

"Mereka lagi ngerjain tugas, kamu sendiri udah jadi?" Tanya Jihan.

Anta menepuk keningnya. Ia lupa, akibat kemarin ngumpul bersama Arvin, Clara dan teman-temannya yang lain.

"Lupa. Lo udah jadi emangnya?"

"Hmm." Jihan mengangguk. "Sedari kemarin."

"Gue liat yah."

Jihan mengangguk. Lagi.

"Tapi besok-besok jangan di ulangi yah Nta, nggak baik."

"Sip deh." Ucap Anta dengan senyuman.

Setelah lima menit menulis, Anta selesai berkutat dengan pulpen dan bukunya. Ia menatap Jihan yang mulai tertidur, sepertinya jam pertama kosong.

Ia mengalihkan pandangannya menatap Bobi, sang ketua kelas yang sedang menulis.

"Bob, Pak Uki nggak masuk?"

Bobi menoleh.

"Iya, istrinya masuk rumah sakit."

Anta hanya mengacungkan jempolnya, tanda terima kasih.

Ia kembali menatap sepenuhnya wajah manis yang dari hari ke hari seperti tersiksa akan suatu hal yang ia sendiri tidak tahu. Jihan sudah mulai menerimanya sebagai teman tapi gadis itu masih merahasiakan segala-galanya. Anta sendiri bingung, ia benar-benar dibuat penasaran oleh Jihan gadis yang menjadi salah satu orang terdekat dan orang yang terluka akibat Arvin.

Stay With Me (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang