"Jangan pedulikan aku, karena pada akhirnya hanya dia yang mampu kamu cintai."
===
Author.
Jihan menatap mereka yang sedang duduk dihadapannya. Siapa lagi kalau bukan Arvin dan Clara, pasangan yang paling terkenal seantero sekolah. Apalagi Clara, gadis cantik yang menjadi incaran semua siswa yang memujanya.
"Kalian manggil aku kenapa yah?" Tanya Jihan.
Sudah lima menit ia berdiri tanpa obrolan, dan lagi kakinya lelah. Ia seperti babu yabg sangat dimanfaatkan keadaannya.
Clara menatap Arvin lalu tersenyum manis.
"Vin, aku mau ngomong sama Jihan dulu yah."
"Terus?" Jawab Arvin sembari mengelus lembut puncak kepalanya.
"Aku ngomongnya berdua, kamu boleh ninggalin kita berdua dulu nggak?"
Arvin mengangguk.
"Habis itu kamu ke kelas ku yah." Ucap Arvin berdiri.
Ia mengusap lembut rambut Clara lagi, lalu meninggalkan mereka berdua di kantin yang cukup ramai. Jihan menatap Clara, tapi tatapan Clara berubah marah dan menakutkan.
"Lo itu benar-benar cewek gatel yang nggak tau diri!" Bentak Clara.
Jihan terkejut mendengar ucapan kasar yang keluar dari mulut Clara, tatapan gadis itu seakan membunuh dan mencabik-cabik Jihan.
"Ma-maksud kamu?"
Jihan tidak tau maksud Clara, ia tak pernah genit pada Arvin. Ia masih sadar diri untuk menahan gejolak yang ada dihatinya, ia tahu bahwa jika Arvin atau Clara mengetahui perasaan itu semakin dalam maka ucapan kasar itu akan ditunjukkan pada dirinya. Oleh karena itu ia memilih menghindar, daripada terluka tak terbantah.
"Lo jangan pura-pura jadi orang polos di depan gue atau Arvin, jijik tau nggak?! Dan lagi, lo kayak benalu yang benar-benar perlu kasihan."
Hati Jihan menangis perih saat ini, menatap mata Clara saja ia tak berani lagi. Ucapan Clara seakan menusuk hingga dasar hatinya yang sudah terluka parah.
"Aku selama ini nggak ada maksud lain Ra, aku tulus bantu kamu sama Arvin." Jihan berusaha menahan mati-matian bedungan air mata yang sudah menampung di pelupuk matanya.
"Gue sama Arvin itu nggak butuh bantuan lo!" Sentak Clara marah.
Darahnya seakan-akan mendidih di ubun-ubun. Wajahnya merah karena marah, dan rasa dendam pada Jihan.
"Lo kira gue nggak tau kalo kemarin lo pulang bareng Arvin kan? Lo kira lo itu bakal di suka sama Arvin? Jangan ngimpi bitch."
Clara menatap Jihan intens, sedangkan yang di tatap hanya menunduk menahan luka baru karena Clara yang selama ini tak pernah mengamuk.
"Lo itu lebih murah dari kantong plastik yang udah jadi sampah, Nggak berharga." Lanjut Clara.
Jihan kira Clara baik. Ternyata tidak, gadis itu hanya memasang topeng yang dengan mudah bisa mengelabui banyak orang termasuk Arvin. Clara manusia bermuka dua yang menyeramkan ketika marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (?)
Genç KurguJika perpisahan adalah hal yang terbaik. Mengapa kita harus bertemu? Mengapa harus hati yang menjadi korbannya? Mengapa harus ada tangis yang menjadi soundtrack ketika kata pisah yang terucap? Semua hal itu masih terngiang jelas di fikiran Jihan Ana...