"Rasanya ada bahagian kecil dari ku yang sudah menyerah untuk memiliki mu, dan kali ini aku harus dihadapkan oleh amarah hati lain yang telah kamu patahkan."
***
"Nta... Bangun." Ucap seorang gadis sembari mengguncang pelan tubuh cowok yang sedang tertidur pulas dengan lipatan tangan sebagi bantal.
"Aduhhh.... Bisa gawat kalo Pak Uki liat." Mata gadis itu menatap kearah seorang guru paruh baya dengan kumis tebal sedang menerangkan dipapan tulis.
"Nta... Ayo bangun, Pak Uki liat Lo ntar." Ucap lagi gadis itu dengan sedikit bisik namun terdengar panik.
"HE!! Itu yang dibelakang kenapa berisik!" Tegur Pak Uki dengan sentakan di nada suaranya.
Semua mata tertuju pada seorang gadis yang sedang memasang wajah panik dan seorang cowok yang sedang tertidur pulas, sangat sangat pulas. Ia bahkan tidak merasakan suara Pak Uki yang keras dan menggemanya.
Pak Uki melangkah dengan wajah penuh amarah dan kesal. Ia menatap cowok itu, lalu tangannya menggebrak meja dengan begitu kerasnya.
Brak!!
"ANJIR!" Suara cowok itu terdengar begitu jelas, dan Anta disertai wajah terkejut.
Kesadarannya belum cukup untuk memahami situasi yang cukup mencekam. Sedangkan gadis yang duduk disampingnya menyenggol dirinya dengan pelan.
"Apa sih Jihan?" Tanya cowok itu dengan mata setengah tertutup.
"Pak Uki tuh."
"Apaan?"
"Antariksa!"
Mata yang awalnya tertutup itu mendadak membelalakkan kaget, ia tiba-tiba berdiri.
"Eh.. ada Pak guru." Ucapnya dengan cengiran menyebalkan miliknya.
"Pake senyum-senyum segala kamu. Sekarang kalian berdua keluar." Ucap Pak Uki dengan mata yang melotot galak.
"Loh kok say--"
"Nggak ada bantahan." Ucap Pak Uki, lalu berbalik kearah mejanya.
Anta berdiri, menarik tangan Jihan dengan pelan. Mereka berjalan keluar, Jihan menatap Anta kebingungan. Jihan menahan badannya saat sudah diluar kelas, membuat Anta berbalik menatap dirinya.
"Kenapa?"
"Kok kita keluar Nta?"
"Pak Uki tuh, nyuruh kita keluar dari kelas."
Kening Jihan mengerut bingung. "Kita?"
"Iya, gue ama lo."
"Kok Pak Uki gitu sih? Aku kan nggak salah?"
"Si botak itu bilangnya kalian, yah otomatis gue sama lo."
"Ta--tapi----"
"Udah ah. Ayo kantin." Anta menarik gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (?)
Novela JuvenilJika perpisahan adalah hal yang terbaik. Mengapa kita harus bertemu? Mengapa harus hati yang menjadi korbannya? Mengapa harus ada tangis yang menjadi soundtrack ketika kata pisah yang terucap? Semua hal itu masih terngiang jelas di fikiran Jihan Ana...