1. Perbedaan

18 1 0
                                        

"Hal yang paling aku benci selain
Patah hati, adalah
Mencintaimu."

====

Author POV.

Langkah kaki itu begitu pelan. Ia menunduk dan sesekali menghela nafas. Rambut yang di ikat menjadi satu membuat wajah manisnya terlihat jelas.

Ia melangkah ke tempat dia selalu berkunjung akhir-akhir ini. Ia terpaksa mengunjungi tempat itu karena suatu alasan yang tak bisa ia katakan sekarang. Langkah kakinya terhenti ketika menatap punggung kokoh itu. Perasaan sakit itu seakan muncul lagi ke atas permukaan.

Kakinya seakan ragu untuk mendatangi cowok itu. Jelas-jelas ia akan merasakan sakit lebih dalam lagi ketika bersama cowok itu.

"Arvin." Panggilnya pelan.

Cowok itu menoleh dengan wajah yang super duper datar. Aura dinginnya pun seakan menguar menyelimuti mereka berdua.

"Duduk." Suruhnya dingin.

Gadis itu tak membantah. Ia lelah kalau pada ujungnya ia yang akan kalah. Hanya menghela nafas lalu duduk di bangku taman belakang sekolah yang sudah disediakan.

"Ngapain kamu manggil aku?" Tanya gadis itu dengan arah mata menatap ujung sepatunya.

Gugup.

Hanya itu yang ia rasakan saat ini. Seakan waktu berjalan begitu pelan ketika bersama cowok itu.

Arvin Dirgantara.

Cowok bad boy sekaligus dingin yang saat ini duduk disamping gadis itu. Gadis itu ingin pergi secepat mungkin dari hadapan Arvin, namun cowok itu malah seperti orang bisu.

"Arvin." Panggilnya lagi.

"Ntar malem gue jemput."

"Untuk apa?"

"Jalan sama Clara."

Sakit. Ia merasakan sakit untuk kesekian kalinya. Ia tak mengerti hubungan apa yang saat ini ia sedang jalani. Begitu banyak teka-teki yang berkeliaran di fikirannya.

"Aku nggak bisa. Kalian berdua pasti bisa tanpa aku." Ia tak ingin pergi apalagi saat bersama mereka ia hanya seperti bayangan, ada namun tak dipedulikan.

"Setengah tujuh." Final  cowok itu tanpa bantahan sedikit pun.

Gadis itu hanya diam menunduk. Sudah berapa kali ia bilang bahwa ia akan selalu kalah. Lebih baik diam seperti ini. Tak akan ada ucapan yang akan menyakiti hatinya.

Ia mendengar langkah kaki cowok itu semakin jauh darinya. Selalu seperti ini, pergi tanpa pernah pamit. Menghilang disaat ia selalu membutuhkan Arvin.

"Aku lelah Arvin! Kamu harus bisa ngelepas aku." Ucapnya tersedu-sedu. Air mata itu selalu muncul ketika bersama Arvin.

***

"Arvin." Suara itu begitu manja namun terdengar lucu di telinga Arvin.

"Kenapa Ra?" Tanya Arvin lembut. Tatapan matanya pun seakan menunjukkan rasa sayangnya pada gadis itu. Gadis cantik yang mampu membuatnya akan selalu mencintai gadis itu.

"Ntar malem aku mau jalan-jalan ke mall terus nonton film romantis bareng kamu."

Wajah gadis itu begitu menggemaskan. Kaum Adam pun akan luluh ketika melihat wajah memohon gadis cantik itu.

"Emang kamu mau kemana selain nonton?" Tanya Arvin lagi, disertai elusan lembut di rambut  panjang gadis itu.

"Mau shopping dong." Jawabnya dengan penuh semangat.

Stay With Me (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang