"Kamu sekarang seakan beri aku harapan, iya harapan
Yang menyakitkan."===
Author.
"Jihan! Ada yang nyariin lo!" Teriak seorang siswi memecahkan konsentrasi Jihan yang sedang mengerjakan tugas Arvin. Ia menatap bangku sebelahnya, tak ada Anta.
Jihan berdiri, ia berjalan kearah pintu. Ia menatap cowok cuek yang menatap dirinya. Baru saja Jihan bilang kalau ia yang akan mengantarkan tugas cowok itu di kantin.
"Kamu ngapa---"
"Ikut gue." Potong cowok itu seenak jidat.
Jihan menghela nafas, ia mengikuti langkah cowok itu dari belakang. Menatap punggung kokoh cowok itu membuat ia bahagia, bahagianya memang sederhana saja.
Mereka sampai di taman belakang sekolah, tempat dimana semua obrolan dan rasa sakit Jihan terjadi. Ia berhenti melangkah saat dilihatnya cowok itu menoleh dengan wajah marah. Jihan dibuat takut lagi, cowok itu mungkin ngamuk lagi pada dirinya.
Ia Arvin.
"Lo itu emang keras kepala!" Bentak cowok itu.
Perasaannya ia tak melakukan kesalahan yang bisa membuat cowok itu marah. Arvin memang membingungkan dan tidak mudah ditebak.
"Maksud kamu?"
"Lo emang jadi cewek gatel, lo deketin Antariksa kan?" Tuduh cowok itu seenaknya.
Ucapan Arvin barusan membuat Jihan menatap cowok itu menganga tak percaya. Kata-kata itu benar-benar keterlaluan. Jihan mulai disakiti lagi.
"Aku nggak gatel Vin, dia kan teman duduk ku."
"Udah gue bilang lo nggak boleh deket sama dia!" Bentak cowok itu.
"Kenapa sih Vin?! Kamu larang-larang aku punya temen! Anta itu baik sama aku!" Ucap Jihan melawan Arvin.
Arvin menatap gadis itu semakin marah. Gadis itu bilang apa?! Ia melarangnya untuk berteman! Arvin benar-benar jengkel.
"Gue nggak suka lo sama dia!"
Jihan terdiam.
Ucapan cowok itu membuatnya bergeming. Harapan itu mulai muncul lagi, harapan yang Jihan ingini dari dulu. Namun semakin kesini harapan itu seakan tak akan pernah terwujud, tapi hari ini cowok itu seakan memberi harapan yang mungkin Jihan inginkan.
"Hak kamu apa?! Kamu kurung aku Vin, kurung aku dalam hubungan ini! Aku juga pengen jatuh cinta dan dicintai kayak yang lainnya, bukan cuman kamu doang!" Ucap gadis itu.
Ahh... Jihan tak ingin tergoda lagi, mungkin ucapan Arvin hanya ingin membuatnya sadar bahwa ia dan Antariksa itu beda.
"Lo itu hak gue ngerti! Udah dari dulu lo nyerahin hati lo buat gue kan? Dan gue nggak mau hati lo, tapi lo cukup jadi babu gue aja. Lo fikir gue bakal suka sama lo gitu? Jangan mimpi Jihan."
Jarang-jarang Arvin ngomong panjang lebar dihadapannya, sekalinya ngomong. Beuh..... Nyelekit sampe ke ginjal. Bahkan semakin kesini, perasaan sedih itu membuat Jihan hanya menatap cowok itu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (?)
Ficção AdolescenteJika perpisahan adalah hal yang terbaik. Mengapa kita harus bertemu? Mengapa harus hati yang menjadi korbannya? Mengapa harus ada tangis yang menjadi soundtrack ketika kata pisah yang terucap? Semua hal itu masih terngiang jelas di fikiran Jihan Ana...