"Kamu bohong. Semua ucapan dan perkataan kamu hanya sebatas angin lewat bagi mu. Aku bahkan sudah mulai percaya, tapi pada akhirnya kamu tetap sama. Akan selalu melupakan dan menyisihkan aku dari hidupmu."
===
Author.
"MAU LO APA HA?!" Teriakan itu menggema di taman belakang sekolah.
Kedua gadis itu saling berhadapan, mereka di lingkupi perasaan amarah dan dendam yang timbulkan oleh salah satu gadis itu.
"MAU LO APA JIHAN?! BILANG!" Teriaknya lagi.
Amarah dan benci sudah melebur menjadi satu, membuat gadis itu semakin menggila. Gadis yang dibentak itu hanya diam, berusaha menahan air mata yang sudah ada di ujung pelupuk matanya.
Clara.
Gadis yang sedang berteriak marah itu adalah Clara. Kejadian kemarin membuat ia berani menyuruh Jihan bertemu dengan dirinya di taman yang belakang, hanya berdua.
Rasa benci itu semakin menjadi-jadi kala ia melihat sikap Arvin yang berubah menjadi lembut pada Jihan. Ia tak suka, ada yang berani mencuri Arvin dari dirinya.
"Lo emang cewek yang nggak punya harga diri! Lo emang lo*t* murahan. Munafik!" Cacian itu berhasil Jihan rekam dengan baik.
Bahkan sangat, sangat baik. Karena hanya ada mereka disini. Berdua.
Jihan mendongak.
"Kamu terlalu kasar Ra, kamu cuman dilingkupi rasa amarah." Ucap Jihan lirih.
Ia tak melawan. Mengapa? Karena pada akhirnya ia sadar, ia orang yang lemah dan sendiri. Ia tak tau apa yang akan terjadi jika ia melawan, mungkin kejadian yang lebih buruk dari tamparan dan kata kasar.
"Gimana gue nggak marah kalo lo sama Arvin jalan sampai sore! CUMAN BERDUA!"
"Kamu kan yang bikin permainan itu? Aku cuman mengikuti Ra."
"Tapi lo kesenangan kan?! Jalang!"
"Aku udah berusaha Ra, tapi kamu yang bikin permainan itu waktu di Timezone."
"Harusnya lo nolak! Gue tau lo pasti mikir kalo lo bisa buat Arvin berpaling ke lo, Iya kan? Jawab?!"
Clara sudah keterlaluan, Jihan berusaha sabar namun hatinya juga ikut marah. Ia menatap Clara, air matanya sudah tak bisa ia bendung lagi.
"Aku memang punya pemikiran kayak gitu Ra, tapi aku sadar Arvin cuman sayang sama kamu. Nggak ada yang bisa buat Arvin suka sama aku, nggak ada Ra. Itu hak hati Arvin buat tinggal dimana, dan hatinya itu milih kamu." Ucap Jihan dengan air mata yang meluruh.
"Aku nggak bisa maksain, aku cuman bisa ngiklasin Ra. Walaupun sebagian dari diri aku kesiksa karena perasaan ini, aku nggak bisa semudah itu buat ngelupain. Tapi aku mencoba dan berusaha sendirian." Ucap Jihan lagi.
Air mata gadis itu belum berhenti, malah semakin deras. Ini pertama kalinya ia menunjukkan kelemahan dan kerapuhan dihadapan Clara, dan ia sudah lelah. Ia lelah mengalah, tapi ia memilih menajelaskan agar tak ada pertengkaran yang lebih hebat karena salah paham.
![](https://img.wattpad.com/cover/167780036-288-k415260.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (?)
Novela JuvenilJika perpisahan adalah hal yang terbaik. Mengapa kita harus bertemu? Mengapa harus hati yang menjadi korbannya? Mengapa harus ada tangis yang menjadi soundtrack ketika kata pisah yang terucap? Semua hal itu masih terngiang jelas di fikiran Jihan Ana...