Sebelum baca,yuk sedekah! Vote tulisan ini ya ❤
Hanifa diam menunggu jawaban Azmi. Hatinya berharap lebih, ada rasa senang dan ragu. Mungkinkah ini jalan terbaik untuknya?
"Saya serius," ujar Azmi tiba-tiba.
Detak jantung berpacu lebih cepat. Perasaan aneh ini mulai menghantui Hanifa. Keringat dingin keluar dari telapak tangan, reaksi tubuhnya luar biasa.
"Tapi, apa alasan Kakak mau menikahi saya? Kita baru kenal dan saya juga baru lulus sekolah," tutur Hanifa.
Penuturan Hanifa mengusik sisi tenang seorang Azmi. Bahkan, dia sendiri tidak tahu alasannya melamar anak remaja dihadapannya. Tapi, jika tidak memberi alasan bagaimana tanggapan Hanifa atau Hanif? Azmi berpikir keras untuk pertanyaan Hanifa.
"Kak, sebaiknya urungkan niat Kak Azmi," ucap Hanifa tiba-tiba.
"Kenapa?"
Hanifa terseyum miring. Dia berpikir ini seperti permainan.
"Semua serba mendadak dan sedikit aneh menurut saya."
Di edarkan pandangan lingkungan kampus yang mulai lenggang. Berharap menemukan alasan tepat.
"Alasannya, ya ... karena saya ingin menikahimu."
Hanifa tercengang. Pikirannya rancu, untuk mendeskripsikan ucapan laki-laki yang baru saja dia kenal. Asa yang di lukis, pupus secara perlahan.
"Apa? Jadi, itu alasan kenapa Kakak melamar saya?"
Azmi mengangguk. Sebut saja aneh. Tapi, hanya kalimat itu yang terlintas di benaknya. Hanifa memijit pelis dengan mata yang mengerjap.
"Akh, sepertinya aku terjebak situasi yang rumit," ujar Hanifa frustasi.
"Hah? Maksudnya?"
Hanifa menarik nafas dalam, lalu mengeluarkan secara perlahan. Paru-paru dia butuh berganti udara yang menyesakkan.
"Begini ya, Kak. Semua terasa aneh dan mendadak. Masalah saya dan mantan pun belum selesai. Lalu, Kakak tiba-tiba datang melamar saya dengan alasan yang ambigu. Sebaiknya Kakak batalkan niat menikahi saya."
"Kenapa?"
"Karena kita tidak saling menaruh rasa."
Azmi terdiam. Penurutan Hanifa benar, bagaimana pernikahan bisa dijalani kalau tidak ada rasa?
"Kak, saya memang bocah ingusan. Tapi, kalau masalah pernikahan, anak SMA juga sudah tahu. Apalagi menikah itu sakral. Bagi saya, satu kali seumur hidup. Jadi, baiknya pikirkan niat, Kakak. Saya pun akan memikirkan alasan Kakak menikahi saya."
Azmi masih setia diam. Dia bergelut dengan pemikirannya sendiri.
"Kalau begitu saya permisi. Assalamualaikum."
"Waalaikum salam."
Hanifa pergi menjauhi Azmi. Hatinya dihadapkan pada pilihan yang rumit. Haruskah dia mundur? Atau tetap maju meraih hati Hanifa.
***
Lantunan syair beriringan dengan musik mendayu memenuhi ruangan bernuansa merah jambu. Hanifa berdiri didepan jendela yang terbuka, membiarkan angin malam menerpa tubuhnya. Menatap langit yang sepi tanpa kehadiran bintang. Pikirannya kalut. Sang hati terjebak dalam labirin ketidak pastian. Posisi dia bagaikan buah simalakama. Menerima Azmi, hidupnya akan berada dalam asa yang sulit diraih. Menolak, akan membahayakan dia kedepannya.
Tok ... toktok ....
Suara ketukan pintu membuyarkan lamuanan Hanifa."Siapa?"
"Ini aku, Arumi," ujar Arumi dari balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Muda #Wattys2019 [SUDAH TERBIT]
RomanceSeorang laki-laki yang bernama Azmi tiba-tiba melamar perempuan yang baru lulus SMA. Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk, baca! Ini adalah Sekuel SCA. Plagiat! Jauh-jauh sanaa, husssshhtt ... hussstttthhhttt ... sana! 👿