Part 6

2.2K 153 0
                                    

Sebelum baca, yuk sedekah dulu! Vote tulisan ini. Hatur nuhun ❤

"Hei! Kamu yang paling belakang, ayo maju!" seru Harun tiba-tiba.

Semua mata tertuju ke arah yang ditunjuk Harun. Sedangkan Hanifa bergeming, dia menoleh kiri-kanan. Dan, keringat dingin keluar begitu saja. Ternyata yang dimaksud adalah dirinya.

"Saya Kak?" tanya Hanifa dengan suara bergetar.

"Iya, kamu," jawab Harun ringan.

Ingin rasanya hilang atau bersembunyi jika saja tidak jadi bahan tontonan. Tapi, apalah daya itu hanya angan saja.

Dengan rasa tidak karuan, Hanifa berjalan menghampiri tempat diadakan game. Dia berjalan dengan cepat, tapi kenapa berasa jauh sampai tempat tujuan.

"Kamu sepertinya cocok untuk game ini," tutur Harun.

Hanifa hanya tersenyum. Bingung harus berkata apa. Berdiri pun serasa melayang. Baru saja sampai, sudah ditodong dengan pernyataan yang ingin dia hindari.

"Ayo! Pilih salah satu kertas di kotak ini," ujar Harun menyodorkan kotak.

Dengan ragu Hanifa memilih salah satu tumpukan kertas yang telah tercampur dengan kertas-kertas kecil. Hatinya berharap hal yang baik terjadi.

"Ini Kak."

Harun membuka kertas pilihan Hanifa, lalu dia mengulum senyum. Hanifa yang melihat perubahan ekspresi sang ketua BEM merasa curiga.

"Kenapa Kak?"

"Pilihan yang bagus. Em, siapa nama kamu?"

"Hanifa."

"Nah, teman kalian yang di depan ini bernama Hanifa. Dia mengambil kertas dengan clue 'dingin dan cuek'. Bisakah Hanifa menebak clue tersebut?"

Hanifa terdiam. Pikirannya rancu, harus terjebak game yang dia hindari.

"Ayo Hanifa, bisakah kamu menebak clue tadi?"

Dia berpikir keras, dan yang terlintas dalam benaknya adalah ....

"Pak Hanif Ashabil."

Hening. Lalu, tiba-tiba terdengar gelak tawa anggota BEM termasuk Harun, sang ketua BEM.

"Kamu tahu Pak Hanif?"

Hanifa mengangguk. Hatinya mulai merasakan firasat buruk.

"Baiklah. Em, lupakan tentang Pak Hanif. Dan maaf, jawaban kamu salah. Yang kami maksud adalah Muhammad Azmi Haidar atau senior Azmi."

Deg. Tanah tempat dipijak serasa bergetar. Orang yang dia hindari meluluh lantakan benteng pertahanan yang dia buat. Azmi tiba-tiba berjalan menghampirinya. Dia tersenyum simpul.

"Hai, ketemu lagi Hanifa?" tanyanya berbisik.

Hanifa mematung. Berharap ditelan bumi, dari pada harus bertatap muka dengan penyebab keresahan hati.

"Nah, karena kamu salah menebak clue, sebagai hukuman harus melakukan tantangan yang saya berikan," ujar Harun.

Detakan jantung berpacu dengan cepat. Ketakuatan menghinggapi, tidak mau terjadi hal-hal yang melukai hati. Karena bermain hati, bukan hanya menyiksa diri tapi juga menuai rasa antipati.

"Tantangannya adalah .... "

Degub jantung semakin menjadi. Berharap keajaiban menghampiri.

"Katakan cinta untuk senior Azmi!" seru Harun berteriak.

Bumm!
Bertambah hancur puing-puing pertahanan Hanifa. Mimpi buruk baru saja datang. Terdengar riuh tepuk tangan Maba yang berkumpul di aula. Menjadi tontonan gratis itu memalukan.

Menikah Muda #Wattys2019 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang