Part 18

1.9K 116 3
                                    

Sebelum baca, Yuk sedekah! Vote tulisan ini. Hatur nuhun ❤

Cukup lama aku berdiam diri, menatap kosong layar kaca yang menyala tanpa tahu acara apa yang disuguhkan. Ragaku di sini bersama ia yang sama halnya denganku, menonton TV dengan tatapan kosong. Angan melayang jauh, menjelajah tak menentu. Mencari celah untuk menghibur hati yang sudah terlanjur kecewa.

Impian pernikahanku, mendapatkan sosok laki-laki penyayang, tegas, mencintai dengan segenap hati dan mampu melindungi. Tapi, ah ... sudahlah! Toh sudah terlanjur masuk di dalam labirin yang suamiku buat. Aku akan mencoba mencari jalan keluar dari liku yang ia buat.

Gadis yang baru lulus SMA dan bau kencur ini, hanya bisa mengikuti perkataan suami. Memberontak? Mana bisa, aku bahkan tidak tahu caranya marah yang benar atas perilaku Kak Azmi. Semua karena rasa takut dan ragu. Ya ... maklumlah, diusiaku sekarang puncak pencarian jati diri, galau dan melow sudah pasti jadi bagiannya.

"Nifa, bisa kita bicara?" tanyanya tiba-tiba. Aku menoleh menatap matanya yang damai, tapi sukses melukai hati saat mengingat ucapannya pagi tadi.

"Bicara saja, Kak," jawabku malas, lalu kembali menonton TV yang menyuguhkah iklan pembersih wajah. Kalau saja ada pembersih hati, pasti aku beli, gumamku dalam hati.

"Tentang kita ... sebaiknya kita membuat komitmen." Aku tersentak mendengar ucapannya, segera membenarkan posisi duduk, serius untuk mendengarkan Kak Azmi.

"Kita belum mengenal satu sama lain, pernikahan ini juga pasti membuatmu syok. Jadi, mari kita mengwali hubungan dengan awal yang baik. Jangan sungkan untuk bertanya atau berbagi cerita kepadaku," tuturnya terlihat serius.

Aku tersenyum hambar, hubungan yang baik katanya. Ck, sadarkah kalau dirinya mengawali hubungan ini dengan salah paham? Dirinya sulit ditebak dan masa lalu yang masih jadi misteri, apa yang bisa aku jadikan acuan agar bisa menjalani hubungan tanpa masalah. Naif.

"Aku juga minta maaf, sebelum menikah sampai saat ini, banyak menyakiti hatimu," ujarnya lirih.

Aku masih mendengarkannya, tanpa beranjak dari aktivitasku sebelumnya. Membiarkan ia berbicara tanpa mau menyela. Semoga tidak ada kalimat yang menyikiti hatiku lagi.

"Aku ...." Ragu ia mengucapkannya dengan menggantung.

"A-aku ... tidak akan menyentuhku sebelum perasaanku yakin kepadamu, Nifa." Aku menoleh tatkala ucapannya sukses menusuk gendang telinga.

Diam menatapnya tanpa ekspresi dengan perasaan tidak karuan. Ia baru saja mengatakan hal yang menyakitkan. Aku tahu hal seperti itu tabu dibicarakan, tapi jikau ia tidak menaruh rasa kepadaku sepanjang pernikahan, apa tidak menjadi dosa baginya?

Aku tersenyum hambar seraya menatap kembali layar kaca yang menyuguhkan berita pembunuhan. Ah, jadi teringat lagu dari girl band Korea Selatan berjudul 'Kill this love', andaikan saja bisa, sudah kubunuh cinta tak terbalas ini.

"Beri aku waktu untuk lebih mengenalmu. Jika benar yang dikatakan pepatah, maka akan hadir cinta diantara kita, karena terbiasa bersama."

In your dream. Ia selalu bersama, dengan hati dan pikiran di tempat berbeda, bohong. Ingin kukatakan itu, tapi masih bisa menahan diri. Setelah itu, ia diam dengan menatapku dari samping. Mungkin berharap aku mengatakan sesuatu. Ya, baiklah ... sesuai harapannya, akan kutanyakan tentang masalah yang mengganjal di hati.

"Baiklah, Kak. Mungkin perkataan Kak Azmi ada benarnya. Lagian, Nifa baru masuk kuliah. Emmm ... boleh Nifa tahu, Kak Arumi itu seperti apa?" Matanya membulat mendengar pertanyaanku, sedetik kemudian kembali normal. Raut wajahnya seperti orang yang sedang kebingungan. Aku semakin penasaran, menantikan jawaban darinya.

Menikah Muda #Wattys2019 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang