Ekstra Part

2.1K 121 8
                                    

Sebelum baca, yuk sedekah! Vote tulisan ini dengan klik bintang di ujung kiri bawah. Hatur nuhun ❤

Terhitung dua hari aku mencoba menemui Hanifa, memohon untuk mendapat maaf darinya. Berharap kesempatan akan aku dapatkan kembali.
Namun, ternyata luka yang aku berikan terlalu dalam, hingga dia tak jua bersuara.

Hari ini, seperti biasa aku berdiri di gerbang rumah Pak Hanif, menunggunya ke luar dan mengajak untuk berangkat bersama ke kampus. Walaupun selalu penolakan yang aku dapat, tapi tak akan menyurutkan niatku.

Namun, ada yang berbeda. Motor ninja merah terparkir di pelataran rumah. Polisi bernama Ardi sudah lebih dulu datang. Tidak seperti biasanya, aku mulai penasaran.

Sosok Hanifa keluar dari balik pintu bersama dengan Ardi, hawa panas hadir di dalam dada. Darahku mendidih mendapati mereka hendak berangkat bersama. Dengan sigap, aku menghampiri mereka.

"Tunggu! Kalian mau ke mana?" tanyaku saat Hanifa sudah memakai helm.

Hanifa menatapku tanpa ekpresi, sakit melihatnya seperti ini. Sedangkan, laki-laki yang sudah rapi dengan pakaian polisi memasang badan menghadapiku.

"Apa urusanmu? Dia calon istriku!" serunya, menyulut emosiku.

"Dia masih istriku! Anda tidak berhak mendekatinya!" sentakku mulai kesal.

Ardi tersenyum miring, lalu menoleh sekilas pada Hanifa yang bergeming.

"Oh iya? Lalu, kamu juga menjalin hubungan dengan perempuan lain di depan istrimu, kan?" tanyanya tepat sasaran.

Aku seperti dikuliti, habis sudah. Tak bisa menyanggah atau membela diri. Karena diamku, Ardi hanya menggelengkan kepala lalu pergi membawa Hanifa yang tak menganggap diriku ada.

A

ku mengacak rambut, frustasi. Seperti ini rasanya ada tapi dianggap tiada. Penyesalan sudah memenuhi hati, berharap bisa kembali, tapi nyatanya hanya sebuah mimpi. Ayolah Azmi! Cari cara lain, jangan sampai kehilangan untuk kedua kali.

***

Aku berdiri di depan pintu kelas Hanifa, menunggu berakhirnya mata kuliah. Kebelulan jadwalku agak longgar, jadi akan kugunakan untuk mendekati Hanifa.

Wajahku sumbringah mendengar bel berbunyi, aku mundur beberapa langkah, menunggu pintu di buka.

Mahasiswa mulai keluar, beberapa di antara mereka ada yang menyapa juga berbisik tak jelas dan aku tidak peduli. Tujuanku saat ini adalah Hanifa.
Mataku menangkap sosoknya bersama perempuan berkacamata, kalau tidak salah namanya Assyifa. Aku segera menghampirinya, takut jika dia menghindariku lagi.

"Nifa," lirihku seraya memegang tangannya.

Bola mata Hanifa membulat sempurna bersamaan dengan kekagetan di raut wajah Assyifa.

"Apa-apa sih? Lepas!" serunya, berusaha melepaskan peganganku.

Aku tahu, mungkin dia takut jika statusnya sebagai istriku terbongkar, karena selama ini hanya beberapa orang saja yang tahu hubungan kami. Namun, untuk sekarang, hanya ini satu-satunya jalan menemuinya tanpa penghalang.

"Aku mohon, sepuluh menit saja," rengekku memelas.

Air mukanya pucat, seperti sedang ketakutan dan malu. Apalagi mendapati tatapan dari Assyifa.

"Ada apa ini?" tanya Asyyifa seraya menatapku dan Hanifa bergantian.

Hanifa mengehembuskan napas kasar, mungkin kesal dengan perlakuanku. Biarkan saja, yang penting dia mau mendengarkan penjelasanku.

Menikah Muda #Wattys2019 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang