Part 13

1.9K 131 8
                                    

Sebelum baca, yuk sedekah! Vote tulisan ini ya. Hatur nuhun 🙏

PoV Hanifa

Aku berjalan hati-hati, mungkin terlihat mengendap-endap. Ini kulakukan agar terhindar dari paparazi. Diantar oleh mahasiswa most wanted adalah kutukan untukku. Bagaimana tidak? Aku seperti narapidana yang siap diadili. Pandangan mereka menusuk relung hati, kenyamananku goyah.

Sudah berbagai cara menghindarinya, mencoba memberi ruang berpikir untukku. Berhubungan dengannya penuh liku dan rasa sakit. Tapi, bukannya menjauh, aku malah semakin dekat dengan Kak Azmi. Dan semua ini ulah si bocah tua, Kak Hanif. Kenapa pula harus acara ke luar kota? Akh.

"Hei!" seru seseorang mengagetkanku dari belakang. Aku melonjak bertambah kaget saat mengetahui siapa yang sudah berdiri tepat di depanku.

"Ka-Kak Siska," cicitku.

Telapak tanganku mengeluarkan keringat dingin. Rasa takut hinggap di hati, ini firasat buruk.

"Kenapa kamu kelihatan takut? Seperti maling tertangkap basah," ujarnya sarkartis.

Aku menunduk, mencoba mencari sesuatu yang menarik dibanding bertatapan dengan orang yang membuatku jengah akan perilakunya.

"Hei! Aku lagi bicara denganmu!" serunya seraya mengangkat daguku, kasar.

Aku meringis menahan rasa sakit, tangannya begitu kuat menekan daguku.

"Kamu memang junior yang tidak tahu malu, ya," tuturnya tajam.

"Sa-sakit, Kak," ucapku lirih.

Bukannya kasihan, Kak Siska malah mencengkeram tanganku kuat. Aku merasakan kukunya menekan kulit hingga menimbulkan rasa perih.

"Lebih sakit melihat orang yang kamu cintai bersama perempuan lain. Dasar jalang!" bentak Kak Siska.

Air mataku luruh, tidak kuasa lagi untuk menahannya. Jika rasa sakit dibadan mampu aku tahan, tapi di hati? Sudah cukup rasanya.

"Ma-maap, Kak. Nifa tidak mengerti maksud Kakak," gumamku dengan bibir bergetar menahan tangis.

Kulihat orang-orang mulai berdatangan, menyaksikan tontonan gratis dan memalukan. Siapapun tolong!

"Baru jadi Mahasiswi baru saja berlagak. Kamu pikir aku takut karena kamu adik Pak Hanif, Hah?!"

Aku terbelalak, kaget. Dari mana dia tahu identitasku? Sedangkan, aku tidak pernah mengatakannya kepada siapapun.

"Kenapa? Kaget? Ha-ha ... mudah sekali untukku. Sekarang, tinggalkan Azmi. Kamu harusnya sadar diri, tidak pantas bersanding dengan Azmi!" serunya menyayat hati yang sudah terluka.

Aku melihat sekeliling yang sudah penuh dengan kerumunan orang, malu rasanya. Berharap ada yang bersedia menolong, tapi nyatanya pandangan mereka memperolok diri yang sudah tenggelam dilautan malu yang teramat dalam.

"Hiks, tolong lepaskan aku, Kak," ujarku lemah.

"Enggak! Kamu harusnya dikasih pelajaran!"

Plakk!
Sebuah tamparan mendarat dipipiku, pedas dan perih rasanya. Aku terhuyung dan berakhir dengan terjerembab di tanah. Sungguh, aku berharap ditelan bumi. Tidak kuat rasanya, bahkan Ibu tidak pernah menamparku. Kak Siska, orang asing dalam hidupku dengan entengnya mendaratkan tamparan yang menyakitkan.

"Nifa!"

Kudengar suara seseorang menyeru. Ini dia, masalah utama dalam hidupku. Semua karena laki-laki yang bernama Azmi, dia memberi luka dihati sebelum kubuka pintu untuknya.

"Kamu gila, Siska! Apa yang kamu lakukan!" seru Kak Azmi berteriak.

Kak Siska tampak ketakutan, wajahnya pucat. Tanpa mengatakan apapun, dia pergi begitu saja.

Menikah Muda #Wattys2019 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang