[ Bagian Empat ]
Tak banyak yang ingin ku bahas di sini. Kalian sudah tau bahwa malam itu aku datang menunggu Keira selesai les sembari berbincang kecil dengan Pak Mail-tukang parkir di sana.
"Neng Ella biasanya dateng sendiri, biasa juga dateng sama Neng Tyara."
Aku mengangguk sebagai jawaban. "Ayahnya nggak pernah nganter Pak?"
"Nggak pernah. Jemput doang."
Berbincang dengan Pak Mail, tidak banyak yang ku dapat darinya. Ia hanya menceritakan siapa-siapa saja yang pernah mengantar Keira ke tempat les ini dan siapa yang menjemput. Pak Mail juga bilang bahwa Keira sering mengajaknya makan malam bersama di rumah makan padang. Pak Mail selalu menolak, tapi Keiranya sendiri saja yang memaksa agar Pak Mail ikut dalam makan malam itu.
Setelah Keira selesai les kami langsung menuju Pasar Malam yang berada tak jauh dari rumah Keira. Senyumnya mengembang, matanya berbinar. Senang rasanya bisa melihatnya seperti ini lagi. Makan malam selesai, Keira membahas sesuatu yang sangat sensitive, yaitu penyakitnya. Jika membahas tentang penyakitnya, entah apa yang akan ku tanggapi, sedangkan aku hanya sibuk menahan respon tubuhku. Untung saja Keira tak curiga kala itu. Ia menunduk saat nada bicaraku meninggi, entahlah, mungkin aku terbawa emosi? Ia langsung mengalihkan topik menjadi boneka besar yang sempat ia tunjuk tadi.
Tak semudah yang Abangnya contohkan, aku sudah melempar sekuat tenaga tapi sama sekali tidak membuat kalengnya bergeser, selebihnya meleset. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya kaleng-kaleng itu terjatuh. Keira melompat-lompat kecil sembari tersenyum lebar.
"Makasih Bang," ucapku sembari mengambil boneka besar itu.
"Biar aku aja," katanya mengambil alih boneka besar itu.
Lihatlah, bonekanya bahkan lebih besar dari tubuhnya. Keira mengusap-usap bulu boneka itu sembari bergumam aneh. Aku menatapnya dari samping. 2 tahun ini, memangnya Keira tidak menyimpan perasaan pada laki-laki lain? Secara Keira ini pintar, cantik, lucu. Mana ada cowok yang tidak tertarik padanya? Apalagi cowok-cowok famous di sekolah beberapa mendekatinya. Tapi aku sama sekali tidak mendengar isu bahwa Keira dekat dengan siapa pun. Bahkan Frans pun, Keira tidak terlalu dekat dengannya walaupun mereka sudah berteman sejak lama.
"Lo masih suka sama gue?"
"Huh?"
Aku tersenyum tipis. "Nggak usah dipikir, nanti kepala lo sakit lagi."
Ia terkekeh kemudian kembali sibuk dengan bonekanya. Hingga langkahnya tidak diperhatikan, cepat-cepat aku menahan pinggangnya. Bahkan sebelum boneka itu tersentuh tanah dan membuatnya kotor.
"Makasih Ga."
Aku mengambil boneka besar itu, mengapitnya dengan lengan kiriku dan tangan kananku mengenggam tangannya. Ia menatapku bingung. "Biar lo nggak jatoh lagi."
Ia tersenyum lebar, pipinya memerah.
🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
-R
Teen FictionIni semua tentangnya. Aku merangkumnya di dalam sini. ABP series I ; -𝗥 ©2019 by hip-po.