14

111 23 9
                                    

SEBELUM BACA SILAHKAN VOTE TERLEBIH DAHULU

VOTE

VOTE

VOTE

Klik

Terimakasih😊

Ariana turun kebawah berniat ingin berangkat ke kampus. Sesampainya di bawah Ariana mendengar suara berisik sekali. Seperti seseorang sedang marah-marah di depan rumahnya. Arianapun langsung bergegas menuju suara gaduhan tersebut.

" AKU TIDAK MAU TAU KALAU MINGGU DEPAN KALIAN BELUM BAYAR HUTANG KALIAN. SIAP-SIAP ANAKMU INI AKAN AKU AMBIL." ucap seorang pria yang bertubuh agak gemuk sambil menunjuk kearah Nadine. Dan setelah itu orang tersebut langsung pergi diikuti dua orang temannya di belakang.

Setelah orang itu pergi, Arianapun menghampiri ibu tirinya dan Nadine yang masih melihat kepergian orang tersebut.

"Ibu?" Panggil Ariana.

Ibu dan Nadine langsung berbalik saat mendengar suara yang memanggilnya.

Tatapan tajam langsung dilayangkan untuk Ariana saat ibunya melihatnya.
Arianapun langsung menunduk saat melihat tatapan tersebut dan jangan lupa dengan mukanya yang seperti menahan amarah.

"APA!!"
"KAU SENANG MELIHAT IBUMU DAN NADINE DI BENTAK-BENTAK OLEH ORANG TADI HUH!!" marah ibu tirinya.

Arianapun menggelengkan kepalanya.

"INI SEMUA TUH GARA-GARA PAPAH MU ITU YANG SERING BERHUTANG PADA MEREKA. DAN PAPAH MU YANG SUDAH MATI ITU BELUM JUGA MEMBAYARNYA. AKIBATNYA KITALAH YANG HARUS MEMBAYAR HUTANG PAPAHMU ITU."

Tak terasa sebulir air mata menetes dan mengalir dipipi mulus Ariana. Ariana sangat sensitif sekali jika menyangkut tentang papahnya. Ariana tidak suka jika papahnya selalu disalahkan, dan itu membuat hati Ariana sakit.

"Maaf," ucap Ariana. Entahlah hanya kata itu yang hanya bisa Ariana ucapkan.

"Maafmu itu tidak bisa merubah semua yang sudah papahmu lakukan itu." Ucap Nadine ikut-ikutan emosi.

"Kau tidak menguntungkan sekali jadi anak. Tidak menghasilkan apapun, hanya menambah beban dihidup kita." Sembur ibu tiri Ariana.

"Ta..tapi aku selalu membantu ibu membersihkan rumah dan memasak." Ucap Ariana sambil mengusap air matanya dan menatap sang ibu tiri.

"Hanya itu, aku juga bisa. Lagian juga kau hanya menumpang disini jadi wajar saja kau layak menjadi pembantu disini. Kecuali jika kau menghasilkan uang." Cibir Nadine.

Itu tidak benar. Rumah ini milik peninggalan papahnya. Dan Ariana masih ingat saat dulu papahnya banting tulang untuk bisa menafkahi kedua orang ini dan dirinya. Pergi pagi-pagi sekali dan pulang larut malam untuk mendapatkan duit. Dan semua itu dilakukan oleh papahnya untuk kita bertiga dan ibu tirinya juga kadang suka marah-marah karena selalu tidak diberi duit yang dia inginkan. Ariana dulu sangat kasihan melihat papahnya yang selalu di marahi oleh ibu tirinya karena duit yang dia minta selalu tidak diberi berapa yang dia inginkan. Dan hasil kerja kerasnya papahnya hanya bisa membelikan rumah ini untuk kita. Jadi rumah ini juga rumah milik Ariana. Tetapi kenapa ibu tirinya selalu bilang jika dirinya menumpang dirumah ini. Batin Ariana.

"Jadi apa yang harus Ariana lakukan?" Tanya Ariana yang sedikit ragu. Ariana takut jika dirinya disuruh kembali menjadi pengamen. Karena dulu saat Ariana berumur 10 tahun ibu tirinya menyuruh dirinya untuk mengamen disiang hari sampe sore hari. Dan itu tanpa pengetahuan papahnya. Tetapi itu tidak berlangsung lama, entah dari mana papahnya mengetahui jika dirinya mengamen setiap hari. Dan disitu Ariana melihat kedua orang tuanya, papah dan ibu tirinya yang bertengkar sampai Nadine pun mengetahuinya, dan mengatainya jika dirinya anak pembawa sial.
Keesokan harinya Ariana sudah tidak mengamen lagi hal tersebut membuat Ariana bernafas lega, tapi satu hal yang Ariana tau jika ibu tirinya makin membencinya.

"Mom, bagaimana kalau kita suruh saja dia bekerja," Nadine memberi tanggapan kepada momnya.

Sedangkan ibu tirinya yang mendengar kalimat dari putri kesayangannya tersenyum miring. Seakan-akan ide Nadine tidak terlalu buruk.

"Baiklah, itu lebih baik dari pada kau hanya berdiam saja di rumah." Ucap ibu tirinya sambil melipat kedua tangannya didada.

"Tapi bagaiman dengan kuliahku?" Tanya Ariana dengan nada pelan tetapi masih dapat didengar oleh ibu tirinya dan Nadine.

"Ya kau harus bisa membagi waktumu dengan kuliah dan bekerja. Kalau kau tidak sanggup, ya sudah kau berhenti saja kuliah." Ucap Nadine tenang.

Ariana yang mendengar itupun terkejut. Bagaiman tidak, Ariana disuruh tidak usah melanjutkan kuliahnya. Itu tidak akan mungkin terjadi, Ariana sudah susah payah belajar dengan giat untuk mendapatkan beasiswa dan bisa masuk ke universitas terbaik di kota ini. Yang rata-rata kuliah dikampusnya itu orang yang pintar dan orang-orang dari kalangan atas  dan jika kalian berfikir kenapa Nadine bisa masuk ke kampus itu jawabannya adalah karna uang, Nadine mengambil jalur belakang dan itu pasti berurusan dengan uang tidak seperti Ariana yang melalui jalur kepintarannya. Dan ibunya bilang dia harus berhenti kuliah, padahal Ariana tidak membayar secuilpun di kampusnya, paling hanya uang saku dan uang untuk naik angkutan umum.

"Tidak mom, Ariana tidak ingin berhenti kuliah. Ariana janji Ariana akan bekerja." Tekat Ariana.

"Baiklah kalau kau tidak ingin berhenti kuliah, tapi ingat kau juga harus bekerja." Ucap ibunya.
Ariana hanya menganggukkan kepalanya pelan. Lalu ibu tirinya pergi masuk kedalam rumah.

"Semangat ya kerjanya. Jangan lupa kalau sudah dapat duitnya kasih ke kita, ok." Ucap Nadine dengan senyum yang dibuat-buat menurut Ariana itu seperti mengejek dirinya. Nadinepun langsung ikut masuk kerumah mengikuti ibunya yang sudah masuk terlebih dahulu.

Tinggalah Ariana seorang diri di teras rumahnya. Ariana sedang berfikir keras, dia bingung harus mencari pekerjaan dimana.

Mungkin hari ini aku tidak usah masuk kuliah dulu. Pikir Ariana.

Ya, Ariana berniat untuk mencari pekerjaan hari ini dan tidak mengikuti kualiah hari dulu.

______________________0o___________________

Sesudah baca diwajibkan komen🙏

.
.
Jangan lupa follow akun-kun dan jangan lupa baca ceritaku yang lain.

Terimakasih

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang