26

88 19 8
                                    

Menghargai karya seorang penulis itu dengan klik tombol bintang dibawah.

Terimakasih yang
sudah vote.

Keesokan harinya Justin berkunjung lagi kerumah Ariana dan Nadine. Nadine pula yang membukakan pintunya untuk Justin. Dan kini mereka sedang berada diruang tamu dengan Nadine yang yang selalu mencari perhatian pada Justin.

"Apa kau hari ini tidak sibuk?" Tanya Nadine berbasa basi. Dan jawaban Justin hanya menggelengkan kepalanya saja.

"Kau ingin menemaniku keluar?" Tanya Nadine lagi.

"Kemana?" Tanya balik Justin.

"Hmm, mungkin ke mall."

Justin sempat berfikir sejenak lalu menganggukan kepalanya setuju. Dia berfikir mungkin sedikit-sedikit terkuak tentang hilangnya Ariana.

Nadine tersenyum senang akan jawaban Justin. Dan tanpa babibu lagi ia langsung bergegas kekamarnya untuk bersiap-siap dengan cepat. Karena Justin paling tidak suka menunggu lama.

*****

Sudah dua jam lamanya mereka mengelilingi mall untuk mencari apa yang diinginkan Nadine. Dan dua jam ini Nadine baru membeli satu pakaian. Dan Justin sudah kesal dan lelah karena Nadine selalu mengajak dirinya keliling mall  ini.

"Apa kau tidak lelah? Ini sudah dua jam tapi kau masih ingin memilih-milih." Ucap Justin tegas.

"Hmm, baiklah. Kita bisa makan terlebih dahulu sebelum pulang." Jawab Nadine pelan karena sudah melihat wajah Justin yang sedang kesal tersebut.

"Bagus." Ucap Justin lalu berlalu mendahului Nadine yang masih terdiam. Seakan tersadar Nadine langsung segera menyusul Justin.

Justin dan Nadine sedang menunggu pesanannya datang. Hening menyelimuti mereka. Nadine hanya diam saja, walaupum sebenarnya ia ingin sekali mengajak Justin mengobrol. Tapi niatnya ia urungkan karena tidak ingin membuat justin marah.

"Apa benar kau tinggal bersama Ariana?" Tanya justin memecah keheningan mereka.

Nadine cukup terkejut dengan pertanyan Justin.
Bagaimana bisa ia tau? Pikir nadine bertanya.

"Iya." Jawab Nadine jujur.

"Jadi kau tau dimana Ariana selama ini?" Tanya Justin lagi.

"Maksudmu?" Tanya Nadine pura-pura tidak mengerti.

"Kau tau kan jika Ariana berhenti kuliah?"

"Iya, sudah satu minggu yg lalu."

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kau tau maksudku Nadine." Ucap Justin tegas.

"Aku tidak tau. Tiba-tiba ia berhenti lalu pergi."

"Pergi?"

"Iya."

"Alasannya?"

"Aku tidak tau."

"Kau kan tinggal serumah. Bagaiman bisa tidak tau."

"Aku memang tidak tau."

Justinpun menghela nafasnya kasar. Percuma ia melanjutkan perkataanya.  Nadine tidak akan memberitaunya. Dan entah kenapa Justin merasa ada sesuat yang disembunyikan oleh Nadine.

Justin menyeringai saat ada ide yang melintas di kepalanya. Justin pun msnyeringai.

*****

Ruangan dengan pencahayaan yang remang-remang dan suara musik memenuhi ruangan tersebut. Mungkin bagi orang yang sering mengunjungi tempat ini akan sangat senang dan  menyukainya. Begitupun dengan Nadine yang kini sedang meneguk satu gelas wine yang sudah tersedia dimejanya.

Sedangkan Justin yang melihat nadine terus meminum minuman itu hanya diam dan duduk santai. Justin merasa bodo amat jika Nadine akan mabuk dan teler. Karena itu lebih bagus agar rencanya tercapai. Dan itu pula yang diinginkan Justin.

Justin sesekali melihat sekeliling ruangan ini dengan datar. Dan tidak ada hal yang menarik untuk ditatapnya. Malah ia merasa jijik dengan orang-orang yang sedang menari meliuk-liukan badannya. Jangan lupa pakaian yang kurang bahan itu. Memang pakain  itu sudah biasa dipakai para wanita dinegara ini. Dan tidak masalah juga. Tapi entahlah..

"Kau ingin menari denganku?" Ucap Nadine menawarkan.

"Tidak."

Mendengar jawaban dari Justin nadine pun menaikan kedua alisnya.

"Kukira kau ingin. Karena kau melihat kearah orang-orang yang sedang menari disana,"

"Melihat bukan berarti ingin." Ucap Justin datar.

Nadinepun tersenyum kecil lalu menuangkan kebali wine tersebut ke gelas miliknya lalu meneguknya. Sesaat nadine mengernyitkan dahinya akibat wine tersebut.

"Hahh.. aku baru menemui satu orang pria yang sangat super dingin+cuek."

"Aku kesal dengan sifatnya itu. Dan rasanya ingin sekali membencinya. Hahaha. Tapi tidak bisa karena ia terlalu tampan untuk dibenci. Hahaha." Racau Nadine.

Dan Justin tersenyum miring karena Nadine sudah mabuk. Segera ia melancarkan aksinya.

"Oh ya?" Tanya Justin berbasa basi.

"Iya, tapi kau jangan bilang padanya ya. Hahaha." Racau Nadine dengan ketawanya.

"Oke, tapi itu tidak gratis." Ucap Justin. Dan entah kenapa ini terasa mudah untuknya.

"Dasar. Semua laki-laki selalu minta imbalannya.
Baiklah tidak apa apa. Nanti kita main beronde-ronde." Ucap Nadine masih dengan mabuknya.

Cih.

"Aku tidak meminta itu. Aku hanya kau ingin menjawab pertanyaanku dengan jujur. Bisa?"

"Kukira kau ingin bermain main dengan ku mal-.."

"Bisa atau tidak?" Potong Justin cepat.

"Baiklah, apa itu?"

Justin menyeringai.

"Dengan kesadaran kau yang menipis ini kau masih ingat kan dengan adik tirimu Ariana?" Ucap Justin pelan diakhir katanya saat menyebut nama ariana.

"Ah.. gadis lemah itu. Hahaha. Tentu saja aku kenal. Hmm.. kira kira bagaimana ia sekarang disana ya?" Tanya Nadine pada dirinya sendiri.

"Kau tentu saja tau kan dimana ia sekarang?" Tanya Justin.

"Tentu saja. Dia dibawa ke Canada."

Canada.

Justin mengernyitkan dahinya.

"Kenapa dibawa ke Canada?" Tanya Justin penasaran.

"Tentu karena orang itu ingin membawanya."

"Orang siapa?

"Orang yang suka meminta duit itu. Ah.. mengingat orang itu membuatku kesal. Menagih hutang terus-terusan."

"Jadi sekarang Ariana dibawa oleh para penagih hutang itu?"

"Yap, tepat sekali. Akhirnya aku dan mommy tidak akan didatangi lagi oleh penagih hutang itu. Hahaha. Karena Ariana sudah menggantikannya."

Wtf.

____0o_____

Aku akhir akhir ini udah mulai sibuk dngan ujian ujian disekolahan. Minggu bsok aku udh ujian praktek. Dan dibulan februari ini bakal banyak ujiannya. Doain aku ya smoga dilancarkan. Dan maaf kalau ngaret😊

Silahkan vote and coment agar aku tambah semangat untuk nulisnya.

Welcome februari😙 ( bulan kelahiran )

(01022020)

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang