29

75 17 1
                                    

Part ini kupersembahkan untuk orang yang suka vote cerita ini😙

.
.
.

.
.
.

Justin memasuki kantor yang megahnya sama seperti kantor Justin di washington. Wajah datar selalu ditampilkanya pada karyawan-karyawan dikantor ini. Apalagi para karyawan wanita yang menyapanyanya, dan Justin hanya diam saja tidak menyapa balik pada wanita-wanita itu yang menurut Justin sangatlah genit. Justin begitu nampak tak suka.

"Apa aku bisa bertemu dengan bos mu?" Tanya Justin datar kepada orang yang menurut Justin adalah sekretaris.

"Bi..mm.. maksudku apa kau sudah membuat janji sebelumnya?" Tanya sekretaris itu balik dengan gugup.

"Belum. Dan aku harus menemuinya sekarang. Karena ini penting." Ucap Justin tegas.

"Ta..tapi tidak bisa ka-.."

"Terserah, tanpa persetujuan kau pun aku akan menemuinya langsung."

Setelah mengucapkan itu Justin langsung berlalu pergi begitu saja meninggalkan wanita yang dibelakangnya yang tercengang.

"Tunggu tuan. Kau tid-.." ucapan wanita itu terputus karena pintu lift yang dinaiki Justin langsung tertutup.

Ting

Pintu lift terbuka, dan Justin langsung bergegas mencari ruangan orang tersebut. Dan matanya langsung menangkap nama direktur diatas pintu tersebut.

Justin langsung saja membuka pintu ruangan tersebut tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Pandangan pertama Justin yang ia lihat adalah seorang pria yang lebih tua darinya sedang bercumbu dengan wanita yang duduk dipangkuan pria tersebut.

Dua orang itupun terkejut saat mendengar suara pintu yang dibuka paksa dan langsung mengarahkan pandangannya kearah Justin.

Pria itu langsung mendorong wanita yang tadi dicumbuinya untuk menyingkir dari hadapannya dan langsung merapihkan pakaian dan dasi yang tidak rapih akibat ulahnya.

"Wow, pandangan yang menyenangkan." Ucap Justin mengejek. Walaupun Justin berbicara seperti itu tapi didalam diri Justin. Justin merasa jijik pada dua orang dihadapannya ini.

"Kau Justin Bieber right?" Tanya pria itu.

"Aku cukup terkenal rupanya."

"Tentu saja. Hmm.. Carren kau bisa keluar." Ucap pria itu mengarah pada seorang wanita yang sejak tadi diam.

Wanita itupun mengangguk dan pergi. Dan wanita itu juga tadi sempat mengedipkan matanya kearah Justin bermaksud menggodanya. Tapi Justin menghiraukannya dan membuat wanita itu sedikit tersinggung.

"Duduklah." Ucap pria itu.

Justin berjalan menuju sofa yang ada diruangan itu dan diikuti oleh pria itu.

"Jadi?" Tanya pria itu.

"Aku tidak perlu berbasa-basi. Kau hanya langsung menjawab pertanyaanku saja dengan jujur." Ucap Justin tenang dan ada kesan dinginnya sedikit.

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Ku dengar kau mengurung seorang gadis di villamu?" Tanya Justin datar.

Pria itu tercengang walaupun tidak menunjukannya kepada Justin.

"Hahaha. Kata siapa? Aku tidak mungkin."

"Kau hanya perlu menjawabnya dengan jujur Mr. Smith," ucap Justin pada pria itu yang bernama Adden smith.

Adden mengubah mimik wajahnya serius.

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang