O4

6.1K 884 107
                                    

Resepsionis itu melihat kearah Jeongin yang masih saja duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Resepsionis itu melihat kearah Jeongin yang masih saja duduk. Merasa kasihan, akhirnya ia memutuskan untuk memanggil Jeongin.

"Hei, kau kemari!" Jeongin yang merasa dipanggil akhirnya berdiri dan menuju meja resepsionis.

"Kau boleh menemui Pak Hyunjin. Tapi, tunggu sebentar. Saya akan menelepon sekretarisnya dulu." Jeongin mengangguk dengan perasaan senang. Akhirnya setelah menunggu lama, ia diperbolehkan untuk menemui Hyunjin.

Sang resepsionis menyudahi teleponnya. "Tunggu sebentar lagi, Pak Hyunjin sedang rapat."

Jeongin mengangguk, "Terimakasih."

Jeongin kembali duduk untuk menunggu Hyunjin.

Jeongin hampir tertidur setelah beberapa lama karena merasa mengantuk, tetapi perkataan resepsionis membuatnya terbangun.

"Ikutlah. Aku akan mengantarmu keruangan Pak Hyunjin."  Jeongin mengangguk kemudian mengikuti resepsionis tersebut menuju ruangan Hyunjin.

Mereka menaiki lift untuk sampai diruangan Hyunjin.

Setelah tiba dilantai 30, resepsionis tersebut mengajaknya masuk kedalam ruangan Hyunjin.

Tetapi sebelum masuk kesana, resepsionis yang baru diketahui Jeongin bernama Yeji mengajaknya masuk keruangan sekretaris Hyunjin.

"Sekretaris Pak Hyunjin yang akan mengantarmu," Yeji kemudian pergi setelah mengatakannya.

Jeongin menggaruk tengkuknya merasa risih karena Nancy yang memperhatikannya dari atas hingga bawah berulang kali.

"Jeongin?" Nancy bergumam untuk memastikan.

Jeongin mengangguk kecil.

"Ikutlah, beliau sudah menunggumu."

Tanpa basa-basi Nancy langsung mengantar Jeongin untuk masuk kedalam ruangan Hyunjin.

Nancy mengetuk pelan pintu ruangan milik Hyunjin, kemudian pintu langsung terbuka.

"Pak Hyunjin, seseorang yang akan menemui anda sudah datang." Nancy memberitahu.

Hyunjin mengangguk mempersilahkan masuk.

•••

Jeongin melangkah masuk kedalam dengan perasaan takut bercampur cemas. Setelah kepergian Nancy, Jeongin benar-benar sangat gugup untuk bertemu dengan Hyunjin.

Jeongin pikir, ia akan bertemu dengan pria berbadan gempal dengan perut buncit. Tetapi dugaannya salah, ia malah bertemu dengan pria tampan yang sangat mempesona. Tatapan yang diberikan Hyunjin mampu membuat Jeongin tidak berkutik.

Jeongin hanya diam menundukkan kepalanya sambil memilin-milin ujung sweater yang tengah dikenakannya.

Hyunjin tentu saja bingung, ketika Jeongin memasuki ruangannya. Kebingungannya semakin bertambah ketika melihat Jeongin yang hanya mengenakan sweater biru yang kebesaran ditubuhnya beserta celana jeans.

Hyunjin tidak pernah menemukan orang seperti Jeongin, yang bertemu dengan Hyunjin selalu orang-orang penting dan berpakaian jas. Tetapi sekarang yang menemuinya hanya seorang bocah.

"Ada apa?" Suara dingin milik Hyunjin memecah keheningan.

Jeongin bertambah takut ketika mendengar suara yang dikeluarkan oleh Hyunjin.

"Kalau tidak ada yang ingin kau bicarakan, lebih baik keluar. Waktuku terbuang sia-sia hanya karena kau!" Desis Hyunjin menatap tajam Jeongin.

Jeongin berusaha menatap Hyunjin walaupun ia ketakutan. "A-aku ingin mengatakan sesuatu."Ujar Jeongin terbata-bata.

Hyunjin mengangkat sebelah alisnya, "Cepat katakan!"

"Aku ingin a-anda membebaskan ayahku. Dan juga to-tolong kembalikan rumahku." Jeongin lega setelah berhasil mengutarakan niatnya.

Hyunjin bisa menebak jika bocah didepannya adalah anak dari pria tua itu. "Tidak." Jawab Hyunjin datar.

Jeongin semakin memilin ujung sweaternya, "A-aku akan mencicil semua hutang ayahku."

Hyunjin tertawa, dan tawanya membuat Jeongin bergidik ngeri. "Kau hanya bocah kecil yang tidak mengerti apapun! Jadi, silahkan keluar!"

Jeongin menggelengkan kepalanya, "Tidak mau. Jeongin tidak mau keluar."

Hyunjin semakin menatap tajam Jeongin, "Keluar! Aku tidak punya waktu untuk membahas hal yang tidak penting!"

"Jeongin akan melakukan apapun untuk membayar semua hutang ayah."

Hyunjin menampilkan smirk-nya, "Apa yang akan bocah kecil sepertimu lakukan?" Ejek Hyunjin.

"Jeongin akan menjadi pembantu pak Hyunjin, dan rela tidak dibayar seumur hidup."

Hyunjin mengangkat kedua alisnya angkuh, "Pembantuku sudah banyak, jadi tidak perlu repot-repot."

Jeongin memejamkan kedua matanya, "Saya akan membayarnya dengan tubuh saya." Jeongin menundukkan kepalanya, malu.

Hyunjin tertawa mengejek, "Kau gila?! Kita berdua sama-sama pria!!" Desis Hyunjin tajam.

•••

Jangan lupa vote dan komen ya❤️

This Is Love [HyunJeong]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang