11

5.4K 796 86
                                    

Mulut Jeongin sedikit terbuka mengagumi sebuah bangunan yang sangat mewah dan megah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mulut Jeongin sedikit terbuka mengagumi sebuah bangunan yang sangat mewah dan megah. Hyunjin mengajaknya ke sebuah mansion yang berada jauh dari kawasan kota.

Jeongin kembali memikirkan betapa kaya raya nya seorang Hwang Hyunjin.

"Selamat datang, Tuan Hyunjin." Sapa para pelayan dan pengawal begitu Hyunjin memasuki mansion tersebut. Jeongin dibelakangnya hanya menunduk begitu tatapan para pelayan dan pengawal melayang ke arahnya.

Hyunjin hanya membalas sapaan tersebut dengan deheman.

"Lucas," panggil Hyunjin ke salah satu pengawal yang berjejer rapih di sepanjang mansion tersebut.

"Ya, Tuan." Perlu diketahui bahwa Lucas adalah satu-satunya orang kepercayaan Hyunjin.

"Bagaimana keadaan pria itu?" Tanya Hyunjin dengan nada tegasnya.

"Masih sama seperti yang saya katakan semalam," Hyunjin mengangguk kecil kemudian menggenggam tangan kanan Jeongin.

Jeongin terkejut apalagi tatapan para pelayan wanita seakan tidak menyukai perlakuan Hyunjin terhadap Jeongin.

Hyunjin membawa Jeongin ke dalam sebuah ruangan dengan Lucas yang berada dibelakangnya.

Tiba di suatu ruangan, Lucas dengan sigap membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Hyunjin untuk masuk.

Hyunjin berjalan masuk dengan Jeongin tetap berada disampingnya. Jeongin mengamati ruangan yang sepertinya ruang bawah tanah.

Tatapan matanya langsung mengarah kepada sosok seseorang yang sangat disayanginya, siapa lagi kalau bukan ayahnya.

Air matanya mengalir begitu melihat ayahnya yang sedang duduk dengan tatapan mata kosong. Jeongin berlari mendekat ke arah ayahnya.

"Ayaaaahhh.." Jeongin terduduk lalu menangis keras di dada ayahnya.

Ayahnya sedikit bergerak karena tangisan Jeongin yang sangat keras.

Ayahnya kemudian menatap matanya dengan mata yang memerah dan tangannya menangkup pipi Jeongin, "Je-jeongin..." Kata ayahnya terbata-bata.

Jeongin mengangguk senang, "iya, ini Jeongin." Jeongin lantas memeluk tubuh ayahnya bahagia.

Hyunjin hanya mengamati keduanya dengan wajah angkuhnya. Lucas dibiarkan pergi oleh Hyunjin.

"Ayah baik-baik saja kan? Jeongin kangen sama ayah."

Ayah Jeongin mengangguk, "a-ayah baik-baik saja, sayang."

Jeongin kembali memeluk erat tubuh ayahnya karena rasa bahagia yang tak terbendung lagi.

"Jeongin jaga diri baik-baik ya," lirih ayahnya dengan lemah.

"Ayah mau kemana? Ayah jangan khawatir, sebentar lagi ayah akan keluar dari sini." Ujar Jeongin dengan air mata yang terus menetes.

Ayah Jeongin menggeleng sambil menghapus air mata Jeongin, "ayah sudah lelah, ayah juga sudah tua. Udah waktunya buat ayah pergi." Ucap ayahnya dengan lemah.

Jeongin menggeleng keras, "tidak! Ayah tidak boleh pergi, nanti Jeongin sama siapa kalau ayah pergi?"

Ayah Jeongin hanya tersenyum lemah sambil mengelus kedua pipi Jeongin. Lalu tak lama kemudian matanya tertutup sedikit demi sedikit.

Jeongin langsung panik melihatnya, "AYAH TIDAK BOLEH PERGI! AYAAAAAHH! AYAAAHHH!" Teriak Jeongin begitu melihat mata ayahnya tertutup dengan sekujur tubuh yang kaku.

"Pak Hyunjin tolong bawa Ayahku kerumah sakit sekarang!" Pekik Jeongin ke arah Hyunjin yang sedari tadi hanya terdiam.

"Untuk apa? Ayahmu sepertinya sudah tidak bisa diselamatkan." Ujar Hyunjin dengan entengnya.

Jeongin berdiri lalu menghampiri Hyunjin dengan wajah marahnya.

"Pak Hyunjin, Ayahku sekarat. Tolong bawa Ayah kerumah sakit!" Jeongin memukul-mukul dada Hyunjin.

Tetapi pukulan Jeongin sama sekali tidak membuat Hyunjin kesakitan.

"BERHENTI! AYAHMU SUDAH MATI! DIA TIDAK AKAN BISA DISELAMATKAN!" Bentak Hyunjin.

Jeongin menghentikan pukulannya lalu tak lama kemudian ia terkulai lemas tak sadarkan diri terjatuh di tubuh Hyunjin.

•••

Jangan lupa vote komen ya ❤️

This Is Love [HyunJeong]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang