"Ma, Jeongin mau bilang satu hal."
Nyonya Hwang tersenyum sambil mengelus surai hitam Jeongin, "kamu mau bilang apa sama Mama?"
"Jeongin minta tolong sama Mama, tolong rahasiakan kehamilan Jeongin. Jangan beritahu pak Hyunjin tentang kehamilan Jeongin." Ucap Jeongin dengan sudut matanya yang masih sedikit mengeluarkan air mata.
"Kamu mau memberi Hyunjin kejutan ya?" Tebak Nyonya Hwang sumringah.
Jeongin tersenyum kikuk sembari mengangguk kaku.
Nyonya Hwang mengelus pipi gembil Jeongin, "kamu tenang saja, Mama akan rahasiakan ini dari Hyunjin dijamin semuanya akan aman."
Jeongin tersenyum lirih, "terimakasih Ma."
"Mama yakin deh pasti Hyunjin akan terkejut dan tentunya bahagia karena sebentar lagi dia akan merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang Ayah."
"Pak Hyunjin pasti akan terkejut Ma, tapi Jeongin tidak yakin kalau pak Hyunjin akan bahagia dengan kehamilan Jeongin." Batin Jeongin lirih.
"Ma, Jeongin mau pulang." Ujar Jeongin mengalihkan pembicaraan.
Nyonya Hwang mengangguk, "bentar ya, Mama tanya dokter dulu." Nyonya Hwang kembali mengelus pipi Jeongin sebelum akhirnya pergi keluar meninggalkan ruangan Jeongin.
•••
3 hari kemudian.
Jeongin terlihat tengah menyelonjorkan kakinya seraya bersandar di ranjang. Hari ini entah kenapa Jeongin terasa benar-benar lemas, kakinya bahkan tidak sanggup diajak berdiri terlalu lama. Rasa lemas nya hari ini lebih parah dari hari sebelumnya, Jeongin berpikir mungkin ini efek kehamilannya.
"Nak, sehat-sehat yang didalam sana." Lirih Jeongin dengan lembutnya sembari mengelus-elus perutnya yang masih rata."Kamu cepat lahir ya. Bunda tidak sabar ingin melihat wajah kamu, pasti akan setampan Ayahmu." Diakhir kalimatnya Jeongin terkekeh sendiri membayangkan wajah anaknya.
Bunyi derap langkah memenuhi seisi kamar, Jeongin mengalihkan pandangannya. Matanya sedikit melebar karena terkejut mendapati wajah pria yang sangat dirindukannya tengah sibuk mengganti pakaiannya. Walaupun Hyunjin tidak sedikitpun tersenyum, tetapi melihat Hyunjin berada didekatnya rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan diperutnya.
"Buatkan saya kopi," titah Hyunjin dengan datarnya.
Jeongin menghentikan senyumnya kemudian dengan sedikit susah payah berusaha beranjak dari ranjang.
Hyunjin melirik sekilas kearah Jeongin sebelum dirinya memasuki ruang kerjanya.
Hyunjin mendudukkan pantatnya dikursi, mengusap wajahnya kasar lalu memejamkan matanya guna meredakan rasa penat dan lelah yang menderanya.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu berhasil membuat Hyunjin membuka matanya,
"Masuk." Sahut Hyunjin dengan suara dingin.
"Pak Hyunjin ini kopinya," Jeongin melangkahkan kaki kecilnya pelan sembari menahan rasa lemas.
Jeongin menaruh gelas kopi tersebut dimeja Hyunjin. Hyunjin hanya diam memperhatikan Jeongin.
"Wajahmu pucat sekali, kau sakit?" Tanya Jeongin dengan alis yang mengkerut.
Jeongin tersenyum, "Jeongin tidak apa-apa."
Hyunjin mengangguk, tangannya mengambil gelas kopi lalu menyeruputnya pelan.
"Pak Hyunjin ingin Jeongin buatkan sesuatu untuk di makan?"
Hyunjin berdecak, "berhenti manggil saya bapak. Saya bukan bapak kamu."
Jeongin mengedip-ngedipkan matanya lucu. "Lalu Jeongin harus manggil apa?"
"Terserah." Jawab Hyunjin dengan suara datar.
Hyunjin bangkit dari duduknya, dengan perlahan ia mendekati Jeongin.
Hyunjin tersenyum tipis dan dengan sekali tarikan tubuh Jeongin sudah berada didalam pelukannya.
Jeongin membelalakkan matanya, terkejut.
"Tubuh kamu hangat." Bisik Hyunjin ditelinga Jeongin. Tangannya memeriksa dahi Jeongin.
Jeongin tidak menjawab, ia hanya diam didalam pelukan Hyunjin.
Hyunjin mendekatkan bibirnya ke bibir Jeongin, mengecupnya pelan.
Hyunjin mulai melumat bibir atas dan bawah Jeongin secara bergantian. Saat bibir Jeongin sedikit terbuka Hyunjin langsung memasukkan lidahnya.
Nafas keduanya memburu, Hyunjin terus menerus menciumi setiap inci bibir Jeongin.
Mereka sama-sama mengambil nafas, dirasa keduanya sudah kehabisan nafas.
Hyunjin melirik Jeongin yang menatapnya sendu tanpa mengatakan apapun, matanya sayu.
Telapak tangan Hyunjin mulai mengusap batang penis Jeongin. Kaki Jeongin seperti jelly.
"Pa-pakk.." Jeongin menghentikan tangan Hyunjin yang ingin membuka celananya.
Hyunjin mengeryitkan keningnya,
Jeongin meremas pelan ujung kaos Hyunjin, "Je-jeongin lemas.." setelah berkata seperti itu, Jeongin langsung terkulai dengan mata yang tertutup.
•••
Jangan lupa vote komen ya❤️
Makin hari makin nggak jelas aja cerita ini :')
Bolanya diliatin ih lucuuuu
Manis banget senyum adek mah
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Love [HyunJeong]✔
FanfictionAwalnya Jeongin merasa hidupnya bahagia bahagia saja tetapi kemudian semuanya berubah semenjak ia mengetahui bahwa ayahnya terlilit hutang. Dan takdir baik seperti tidak memihak padanya lagi. Bxb! Jgn baca kl jijik sm homo! Tq.