BAB 4

5.2K 331 6
                                    

Terimakasih untuk yang sudah vote dan komen😘
Selamat membaca dan semoga terhibur😊

Terimakasih untuk yang sudah vote dan komen😘Selamat membaca dan semoga terhibur😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya mentari pagi menyilau ke sela-sela jendela kamar di apartemen milik Richie. Ganesh terbangun saat cahaya matahari itu menusuk matanya. Dia terperanjat dan panik saat terbangun sudah berada di tempat asing. Dia terkejut bukan main, mengapa dia berada di kamar? Dan dia sudah tahu itu bukan kamar kostannya. Tidak mungkin kostannya berubah menjadi senyaman dan seindah ini? Terdapat furniture rumah yang artistic dan ranjang queen size yang sangat empuk dan nyaman. Ini sama sekali bukan tempat kost-nya. Karena di kamar kost-nya tidak ada kasur sebesar dan senyaman ini, tidak ada pula barang-barang mahal dan unik seperti itu terpajang di setiap sisi kamar.

Ganesh mencoba mengingat kembali kejadian kemarin malam. Seingatnya dia sedang menangis sambil merevisi laporan kerjanya. Dia teringat kembali, dia mengantuk karena kelelahan dan tidur di meja kerjanya. Ganesh mulai tekejut, dia mulai panik dan cemas. Seharusnya saat ini dia berada di ruang kerjanya. Mengapa dia bisa berada di kamar asing ini? Dia sedang berada dimana? Ganesh meraba-raba dan mengecek tubuhnya. Tidak ada bekas apa-apa, dia masih utuh menggunakan pakaiannya. Ganesh penasaran siapa orang yang membawanya pulang? Ganesh mencari-cari ke segela penjuru, mencari petunjuk siapa pemilik rumah ini, dia meraih tasnya disamping di stas nakas. Dia menyalakan ponselnya, ada beberapa balasan chat dari ketiga sahabatnya. Ganesh membalas cepat dan segera beranjak dari kasurnya. Membuka perlahan knop pintu kamar dan keluar dari sana.

"Selamat pagi" sapa Richie sambil meneguk kopi pahitnya. Dia duduk dengan santai di meja makan yang letaknya tak jauh dari kamar yang ditempati Ganesh.

Ganesh tersentak kaget, bola matanya membulat sempurna. Dia mengedip-ngedipkan  dan mengucek kedua matanya. Dia berusaha menyadarkan dirinya jika ini hanyalah mimpi. Dia mencubit pipinya dan memekik karena terasa sakit. Ini bukan mimpi, ini real! Dia tak percaya jika saat ini berada di rumah orang yang dibencinya. Mengapa bisa? Ganesh terdiam berdiri penuh tanda tanya.

"Sini duduk, kita sarapan dulu" Richie terkekeh geli melihat ekspresi kaget Ganesh.

"Pak kenapa saya bisa ada disini? Ini rumah Bapak? Seingat saya, saya lagi di..." Ganesh berjalan menuju meja makan. Dia memicingkan matanya mencoba mengingat kembali kejadian semalam.

"Duduk Ganesha Putri Merdeka. Kenapa sih kamu baru nurut begitu dipanggil nama lengkap?" Richie terkekeh geli sambil memegang kedua bahu gadis itu dan menurunkan tubuhnya agar duduk di kursi.

"Pas saya kembali, kamu sudah tidur lelap di atas meja kerjamu. Saya sudah mencoba membangunkan tapi kamu nyenyak sekali rupanya. Karena sudah larut malam, jadi terpaksa saya bawa kamu pulang ke sini"

"Tapi Bapak gak macem-macem kan?" Ganesh menutup dadanya dengan kedua tangan.

"Hahahaha... For what Ganesh? Is there something special?" Richie menunjukkan sifat angkuhnya, dia menunjukkan jari telunjuknya menghadap wajah dan tuhuh gadis di hadapannya, seperti membuat garis lurus secara vertical dari atas ke bawah.

My Girl is My Haters (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang