Welcome
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pair : NaruSasu
Warning : BxB, BL, Yaoi, AU, Typo, Mainstream
Bibir tipis itu terbuka-tutup seperti bergumam. Tak lama, terdengar suara batuk di dalam sebuah kamar bertema monochrome. Suara batuk itu lama kelamaan menjadi seperti suara orang tersedak. Kelopak mata itu tidak terbuka atau lebih tepatnya malas untuk terbuka. Tangan putih alabaster bergerak-gerak menelusuri permukaan meja nakas samping tempat tidurnya.
Dikarenakan tidak menemukan barang yang sedang dicarinya, tubuh itu menegak dan membuka kelopak mata yang tadinya tertutup. Batuk-batuk itu tidak berhenti malah semakin menjadi-jadi. Kelereng onyx menatap meja nakas. Lalu tangannya menyambar gelas berisi air dan meneguknya dengan rakus.
“Uhuk”
Bibir itu melepaskan gelas kaca yang diapitnya. Merasa sedikit baikan. Sang pemuda pun membersihkan tenggorokannya beberapa kali. Kelereng onyx menatap kedepan dengan tatapan kosong. Jari-jari lentik menggenggam selimut dengan pelan. Bibir tipis itu secara perlahan digigit, seperti sedang menahan sesuatu. Tatapan matanya masih sama, kosong seperti tatapan sebuah boneka.
Pemuda itu diam. Walaupun sesakit apapun dia harus diam. Kenapa? Karena dia benci diperhatikan. Dia benci perhatian dari mereka -Ayah, Ibu, dan kakaknya.
Tidak.
Itu bukan perhatian melainkan tuntutan. Tuntutan untuk kesembuhan tubuhnya yang cacat ini. Semakin diperhatikan dia semakin muak dengan kasih sayang yang sangat memaksa baginya.
Dia ingin berteriak untuk menghentikan mereka. Namun harus ditelan kembali olehnya, karena mereka, dia ada. Dia juga diajari oleh mereka agar menjadi pribadi yang baik dan menghormati orang lain. Dan dia harus berada di jalan itu.
Tapi-
Ah lupakan! Ini sungguh menyakitkan.
Irama tarikan nafas pemuda itu bertambah cepat seperti terburu-buru. Pemuda itu menggelengkan kepalanya. Dia mencoba mengambil nafas kemudian dia keluarkan secara perlahan. Sesekali mengelus dadanya di bagian yang nyeri. Kegiatan itu dia lakukan sampai dadanya tidak terasa sakit.
Ya, ini akibatnya jika dia terlalu banyak berpikir.
TOK TOK
Suara pintu diketuk mengganggu kegiatan menenangkan diri pemuda berambut raven. Mencoba mengabaikannya. Pemuda raven itu kembali menenangkan irama jantungnya.
Ketukan pintu kembali terdengar karena si pemuda tidak menjawabnya.
KLEK
Seorang wanita berambut hitam panjang muncul dari balik pintu. Dengan senyuman hangat khas seorang Ibu, dia menatap si pemuda. Tangan putih melepas pegangan dari handle pintu kamar anaknya. Bak seorang putri, wanita itu berjalan dengan pelan menghampiri anaknya.
“Sasuke, Ibu kira kau belum bangun. Apakah sakit?” Tanya sang Ibu saat melihat tangan kanan anaknya yang berada di dada kiri.
“Hn” gumam Sasuke.
Tangan wanita itu mengelus tangan Sasuke dengan lembut. Sasuke hanya bisa menatap wanita itu dalam diam. Dia sangat menyesalkan dadanya yang tiba-tiba kumat. Dia tidak suka terlihat lemah seperti ini. Dia laki-laki, tetapi kenapa dia ditakdirkan harus menjadi lemah seperti ini!
“Sakit, sakit pergilah~ Sakit, sakit pergilah~” ucap wanita itu secara berulang-ulang sambil mengelus-elus dada anaknya.
Sasuke tersadar. Pipinya merona. Stop! Dia tidak mesum, dia tidak mempermasalahkan dadanya! Hanya saja…
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome [Complete]
FanfictionSasuke, pemuda tukang palak tugas yang menderita penyakit yang tidak diketahuinya. Naruto, si pensiunan baseball yang menyimpan jutaan hal yang ingin diketahui Sasuke. Akankah Sasuke mati sebelum mengetahui apa penyakit yang dideritanya itu?