Uwabaki berwarna merah itu melangkah cepat bak superhero dengan lambang petir.
Mendengar derap langkah kaki, para pejalan kaki di koridor pun perlahan menyingkir. Mereka tidak mau bertabrakan ataupun tubuhnya terhempas ke lantai.
Deru nafas terdengar begitu sang pelari melewati mereka. Parfume yang biasanya dikenakan orang kaya pun mengiringi angin yang baru saja menerpa indera penciuman mereka.
Tidak mau membuang waktu, pemuda berambut raven itu tidak mengganti uwabaki dengan sepatu pantofelnya.
Kecepatan larinya bertambah, saat manik obsidian itu menangkap benda balok dengan roda empat sudah menunggu di Halte.
"Minggir!"
Kata tidak mengandung nada sopan itu pun keluar dari mulutnya. Oh ayolah apakah tidak ada yang ingin memberinya jalan?
Apa mereka tidak melihat dia sedang terburu-buru?!
Bssshh
Sasuke mengeraskan rahangnya. Suara pintu bus tertutup membuat Sasuke kehabisan kesabarannya. Dia berlari sambil mendorong orang yang menghalangi jalannya.
"Hei!"
Sebuah protesan terdengar di telinganya. Namun waktunya sudah habis.
"Berhenti!!!" teriak Sasuke dengan lantang. Tapi, bus itu sudah menjalankan rodanya.
"Sial! Hah" umpatnya kemudian berlari mengejar bus sambil melambaikan tangannya. Supaya ada yang melihat kodenya. Tapi percuma saja. Bus itu masih berjalan dan perlahan meninggalkan dirinya.
Langkah kaki yang tadi berlari kini melambat. Dan akhirnya berhenti.
Sasuke menumpukan kedua tangannya ke lututnya. Rasa sakit di kakinya membuat tulangnya terasa linu. Peluh menetes dari dahinya.
Sasuke akui ini yang kedua kalinya dia berlari secepat itu. Kini dia mulai merasakan bahwa badannya tidak baik-baik saja. Rasanya panas sekali. Begitu pula matanya yang terasa panas.
"Hiks.."
Dia tidak akan bertemu Naruto lagi untuk selamanya. Jalan pulang mereka berbeda. Rumah Sasuke terlalu jauh dengan rumah Naruto. Dan jika dia bisa hidup lebih lama maka, dia harus menguatkan dirinya untuk tidak bertanya dimana Naruto saat dia naik ke kelas tiga nanti.
"Hiks.."
Kenapa ini semua terjadi padanya?! Jika Tuhan benar-benar muak dengannya kenapa tidak dari dulu saja dia diambil?!
Apa benar cinta pertama itu, tidak akan pernah bersama?!
"Aku benci kalian semua hikss"
'Naruto!'
Sasuke menangis sambil menundukkan kepalanya. Mengabaikan tatapan para siswa-siswi yang sedang berjalan.
Ya, iyalah. Uchiha Sasuke menangis. Di depan halte?!
Tap
Sebuah sapu tangan terulur di depan wajahnya.
Sasuke yang merasakan seseorang berdiri di depannya pun membuka tangannya. Menatap sapu tangan yang terulur kepadanya.
Setelah itu dia menatap background sapu tangan. Sepasang sepatu familiar membuat Sasuke menghentikan tangisannya.
Dengan air mata yang masih mengalir, Sasuke mendongakkan kepalanya.
"Lagi-lagi kau-"
Brukk
"Aishh"
Ucapan Naruto terpotong saat Sasuke menerjang tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome [Complete]
FanfictionSasuke, pemuda tukang palak tugas yang menderita penyakit yang tidak diketahuinya. Naruto, si pensiunan baseball yang menyimpan jutaan hal yang ingin diketahui Sasuke. Akankah Sasuke mati sebelum mengetahui apa penyakit yang dideritanya itu?