19

1.2K 105 10
                                    

Pagi hari itu adalah pagi hari teramai yang pernah Sasuke rasakan. Dimana sang Ayah, Ibu bahkan Kakaknya berdiri di samping kasurnya dengan tatapan khawatir.

Well, sepertinya ide Naruto cukup manjur. Yeah. Apalagi kalau bukan tentang penyakitnya. Dia mengikuti saran dari Naruto. Kalian penasaran?

Hn, biar kuberitahu. Naruto menyarankan agar aku tidak usah minum obat satu hari.

Dan yah walaupun dia harus dipanggilkan dokter. Karena dia tidak mau dibawa ke rumah sakit. Dia pun absen dari sekolahnya.

Kemudian dia menyuruh kepada para pelayan bahkan bodyguardnya untuk tidak mengatakan ini ke mereka. Dengan ancaman, pastinya. Namun, dia lupa mengancam dokter Kabuto.

Alhasil mereka pun ada dikamar Sasuke pagi ini. Dengan pembatalan masal meeting dengan para client.

'Ahahaha rasakan itu!' batin Sasuke masih mampu tertawa.

"Nak, kenapa kau tidak meminum obatnya?" tanya Mikoto sambil mengelus kepala Sasuke.

"Lebih baik kita bawa dia ke rumah sakit, sekarang juga" ucap Fugaku mengambil tindakan cepat.

"Tidak. Aku tidak mau. Di rumah saja sudah cukup" ucap Sasuke sambil menatap datar tangan yang ditempeli selang infus.

"Tidak boleh seperti itu Nak, kau ingin sembuh kan?" tanya Mikoto menatap Sasuke dengan senyumannya.

"Memangnya aku bisa sembuh?" tanya Sasuke mengalihkan pandangannya. Mikoto meringis. Hatinya seperti di iris cutter karatan. Tidak terlalu sakit namun lama proses penyiksaannya.

"Uchiha tidak pantas berkata seperti itu" ucap Fugaku lalu keluar dari kamar anak bungsunya.

Mikoto menghela nafas saat suaminya pergi. "Nak, kau sayang ibu kan? Kau ingin jadi anak baik kan?" tanya Mikoto mengarahkan tangannya untuk menangkup wajah anaknya.

Sasuke rubah posisi tubuhnya menjadi duduk dibantu oleh Itachi. Netra hitam itu menatap manik hitam milik ibunya.

"Tidak. Aku tidak ingin menjadi orang baik. Bukankah orang baik selalu diambil duluan?" tanya Sasuke menatap manik Mikoto yang kini berkaca-kaca.

"Aku tidak ingin mati Bu" ucap Sasuke.

Mikoto berusaha keras agar tidak meneteskan air matanya didepan sang anak. Dia senang karena anaknya masih meiliki semangat hidup dan dia sedih karena perkataan anaknya. Dia merasa bahwa dirinya bukanlah orang baik yang selalu menemani anaknya. Bahkan meluangkan waktu untuk mengurus keluarganya dia relakan begitu saja hanya untuk sebuah karir dan uang.

"Kata siapa kau akan mati?" tanya Itachi menatap adik satu-satunya.

Sasuke mengalihkan pandangannya ke mata hitam milik Itachi. "Kau bercanda?" tanya Sasuke lalu mendengus.

Itachi membersihkan tenggorokannya dan mengambil posisi duduk di ranjang Sasuke.

"Kau tahu? Dulu aku juga pernah merasakan ada di posisimu" ucap Itachi membuat Mikoto teringat masa kecil anak sulungnya.

"Aku waktu itu ingin mati saja daripada seperti ini. Namun, Kami-sama mengirimkan malaikat penolong untukku. Dan aku sembuh" ucap Itachi membuat Sasuke meatapnya datar.

Dia bukan anak kecil lagi yang akan percaya dengan dongeng. Dia sudah bisa berfikir menggunakan logikanya.

"Maksudmu pendonor?" tanya Sasuke pada kakaknya. Itachi mengangkat bahu.

"Intinya, bertahanlah sampai Kami-sama mengirimkan malaikat penolongmu" ucap Itachi lalu mengalihkan pandangannya ke depan.

Mikoto mengelus surai hitam milik si bungsu. "Bertahanlah Sasuke, Ibu mohon" ucap Mikoto dengan senyum hangatnya.

Welcome [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang