Entah keberapa kalinya Sasuke menghela nafas. Dia paling benci menunggu. Dia masih berada di sekolah sendiri tanpa ada yang menemaninya. Itachi telat menjemputnya lagi.
"Huft"
"Lebih baik aku berjalan kaki dulu. Siapa tahu nanti berpapasan dengan aniki bodoh" ucap Sasuke lalu berjalan menuju gerbang sekolah.
"Sore Izumo-san" ucap Sasuke menyapa penjaga gerbang yang masih setia menunggu gedung sekolah kosong.
"Ah, Sasuke-kun. Tumben" ucap Izumo ambigu di telinga Sasuke.
Tentu saja dia ini kan anti menyapa orang dan biasanya jemputannya datang tepat setelah bel pulang sekolah berbunyi. Supir pribadi? Jangan tanyakan. Salahkan Itachi yang over protektif kepadanya. Dia bahkan sampai jengah dengan tingkah kakak keriputnya.
Sasuke memilih diam dan melanjutkan langkah kakinya. Cahaya berwarna orange itu membuat Sasuke mengagumi ciptaan dewa yang indah. Cahaya itu seolah-olah membuat kota ini menjadi berwarna orange.
Kota orange eh?
Mengingat warna orange membuat Sasuke teringat akan pemuda pirang yang sering berbuat masalah dengannya. Dari yang lupa membawa buku tugas, tidak piket, membuatnya kesal dan cih membuatnya tertarik. Sasuke menghentikan langkah kakinya.
"Ish!!! Apa-apaan! Aku tidak tertarik dengan si bodoh urakan pensiunan baseball-" Sasuke mengingat sesuatu.
"Ngomong-ngomong tentang baseball. Aku tidak pernah melihatnya bermain sebelumnya. Hmmm, apakah aku ini kudet atau pesonaku yang terlalu kuat sampai tidak menyadarinya ya?" tanya Sasuke sambil berpose berpikir.
"HEI!!! KEMBALIKAN BOLA KAMI!!!" Teriakan itu mengganggu kegiatan Sasuke.
Dia menajamkan pendengarannya. Dia mencium bau-bau pembullyan disini. Selagi telinganya mendengarkan asal suara. Sang netra pun berkeliaran mencari sosok yang terbully.
"KAU DENGAR TIDAK, TIANG LISTRIK?!" Teriakan itu semakin jelas. Saat Sasuke mengarahkan langkah kakinya ke arah lapangan yang berada di bawah jembatan kereta api.
"Aku tidak mengambil bolamu. Sudah sana pergi huss huss" ucap pemuda pirang yang sedang rebahan di tanah miring berumput.
"DASAR PEMBOHONG!!!" Teriak anak laki-laki bersyal biru panjang. Jari telunjuknya mengacung telat ke wajah Naruto.
"KEMBALIKAN BOLAKU!!" Timpal satu-satunya anak perempuan di geng itu.
"HU'UM!!!" Bocah laki berkacamata hanya menganggukkan kepala, setuju dengan ucapan kedua temannya.
"HEI TIANG LISTRIK bla bla bla"
Naruto menatap datar ketiga anak kecil yang mengerubunginya. Masih ingat insiden pintu kaca balkon Naruto yang pecah? Iya! Mereka berdua- tidak. Mereka bertiga, karena bola sepak yang memecahkan pintu balkonnya adalah milik si bocah perempuan.
Wajar dong, kalo Naruto mengambil bola itu untuk ganti rugi yang bahkan harganya cuma dapat engsel jika ditukarkan. Mereka bilang mereka masih anak-anak dan waktu itu mereka tidak sengaja. Naruto bahkan memutar bola matanya malas saat mendengarkan kalimat itu. Walaupun masih anak-anak bukankah kita setidaknya sudah diajarkan untuk meminta maaf. Tapi mereka tidak melakukannya sama sekali, bahkan memutar balikkan fakta seperti, salah sendiri menaruh pintu balkon disitu.
'Jika terus begini maka orang yang lewat akan berpikir kalau aku membully mereka. Merepotkan' batin Naruto.
Naruto berdiri dari posisi nyamannya. "Oke. Akan aku kembalikan jika kalian-"
"KAU INI USURATONKACHI!!!"
"Eh?" teriakan di belakangnya membuat Naruto memutar badannya. Belum sempat berputar sempurna dia dikejutkan oleh sosok Sasuke yang melempar tas dan menerjangnya dengan wajah sangar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome [Complete]
FanfictionSasuke, pemuda tukang palak tugas yang menderita penyakit yang tidak diketahuinya. Naruto, si pensiunan baseball yang menyimpan jutaan hal yang ingin diketahui Sasuke. Akankah Sasuke mati sebelum mengetahui apa penyakit yang dideritanya itu?