Naruto baik yang asli maupun jiwa transmigran tidak tahu sama sekali jikalau kegiatannya sehari-hari dalam pantauan orang. Ayah si pemilik asli yang disangkanya kejam nyatanya tidak melemparnya ke tempat itu tanpa perawatan apa pun. Diam-diam, ia mengutus seseorang untuk terus menerus mengamati, melaporkan, dan melindungi Naruto. 24 jam full. Tapi, dari jauh sehingga keduanya tidak menyadarinya apalagi curiga.
Jikalau benar ada bayangan yang melindungi Naruto female, lalu bagaimana insiden ia lompat dari atas gedung itu bisa terjadi?
Jawabnya, karena proses melindunginya dari jarak jauh, sang bayangan terlambat menyadari keputusan impulsif kliennya. Ia tidak menyangka gadis manja dan pengecut itu saat terdesak bisa melakukan tindakan nekat, lompat dari atas gedung. Saat ia menyadari kesalahannya, Naruto sudah berdiri di atas puncak gedung. Hal terbaik yang bisa ia lakukan adalah membuat langkah-langkah darurat penyelamatan. Usahanya tidak berakhir sia-sia. Nonanya selamat hanya mengalami cidera ringan.
Begitu Naruto dibawa ke rumah sakit dan dipastikan tidak mengalami cidera berat, ia segera melapor pada tuannya. "Tuan! Saya lalai. Tolong hukum saya," akunya jujur mengakui keteledorannya.
"Bicara lebih jelas!" Sergah orang di seberang telepon.
Samar-samar sang pengawal mencium bau kekhawatiran dibalik nada dingin tuannya. Tuannya memang orang yang seperti itu. Di permukaan sikapnya dingin pada putri sulungnya, namun jauh di dalam hatinya selembut marshmallow. Cintanya pada putrinya jauh tertanam di dasar tulang. Namun, hambatan perbedaan tingkatan generasi -Naruto generasi ketiga sedangkan ayahnya generasi kedua- didukung kurangnya komunikasi diantara keduanya membuatnya terlihat seperti seorang ayah yang dingin dan acuh pada putrinya. Putri sulungnya dicap sebagai anak yang dibenci ayahnya.
"Nona muda lompat dari atap gedung."
"APA!" Raungan sang tuan besar menggetarkan jantung pengawal kecil ini. Ia tahu nasibnya setelah ini akan berakhir buruk. Ia pikir ia akan dimarahi lalu dipecat tanpa hormat, namun nyatanya nada bicara tuannya tidak seemosional sebelumnya. Setidaknya beliau tidak meraung lagi. Sebaliknya nadanya tenang. Entah karena faktor emosinya memang selalu terkendali atau itu sebuah ketenangan sebelum badai, ia juga tidak tahu. "Bagaimana kondisinya sekarang?"
"Nona selamat karena tubuhnya tergantung di atas seutas tali kabel dan untungnya hari itu di distrik itu mengalami pemadaman listrik bergilir sehingga nona tidak kesetrum. Nona hanya mengalami gegar otak ringan. Tapi, Tuan, karena gegar otak itu, Nona mengalami amnesia parsial. Nona melupakan banyak hal mungkin juga lupa tentang Tuan," bebernya melaporkan.
Ada keheningan sesaat. Lalu, terdengar suara gemerisik kertas dipindahkan sebagai pengisi keheningan. "Amnesia parsial, ya? Yach, itu juga bagus. Setidaknya putriku bisa mencoba membuka lembaran hidup yang baru." Gumamnya mengambil pelajaran. "Lanjutkan tugasmu!"
"Hai'k Tuan." Sahutnya lega dengan penuh ketulusan. Untunglah, ia tidak dipecat. Jika iya, ia pasti patah hati. Bukan gaji dari Tuannya yang membuatnya patah hati, melainkan karena ia tidak bisa lagi mengabdi pada nonanya. Yang tidak diketahui Tuannya, sebenarnya ia adalah orang asuhan almarhum Nyonya pertama yang ditugaskan beliau untuk menjaga nona sulung.
Hari-hari berikutnya, sang bayangan kecil tak bernama ini secara rutin membuat laporan berikut foto-foto perubahan positif nona sulung. Mungkin karena faktor hampir menghadap Dewa Enma, Sang nona mulai berubah. Ia merubah kebiasaan hidupnya menjadi lebih sehat. Rajin olahraga. Tidak boros. Hidup mandiri. Dan, yang terutama bertanggung jawab.
Nona sulung masih menyukai hal-hal mewah seperti barang-barang bermerk, meskipun ia tidak lagi serampangan seperti sebelumnya, membelanjakan uang seperti air yang mengalir. Nona cukup bijak untuk menyesuaikan dengan uang sakunya yang terbatas. Nona hanya belanja barang mewah seperlunya, sesuai kebutuhan. Tetapi, tidak lagi gila-gilaan seperti dulu. Sebagai contoh hanya beli satu set perhiasan permata sekali. Itu pun setelah membuat garage sale untuk barang lamanya yang masih bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninja in Campus
FanfictionTerakhir yang Naruto ingat, jantungnya ditusuk dengan pedang oleh Madara. Ia pikir ia akan langsung menghadap Raja Yama. Namun, saat ia membuka mata, ia justru menggantung di udara dengan satu tangan terjerat pada seutas tali kabel listrik. Yang mem...