Tayuya Show II

3.5K 448 32
                                    

Author Note :

Kok lama updatenya? Kok pendek banget chapternya?

Mohon perhatiannya. Cerita ini original. Asli bukan saduran. So wajar jika lama. Author masih amatir. Bikin ceritanya sesuai mood. Kalo lagi gloomy gak bisa bikin cerita humor. Dan sebaliknya.

Kedua, author berusaha membuat cerita se-riil mungkin. Dengan seting asli di Jepang, author harus banyak-banyak belajar topografi-geografi, sosial budaya, norma-normanya, dll di Jepang. Sedangkan, author asli orang Indo dan gak pernah menjamah sejengkal pun negeri itu. Dengan tekad untuk tidak terlalu melenceng jauh dari seting asli, wajar jika author butuh waktu lama untuk update.

Mohon pengertiannya para reader. Author berusaha profesional membuat cerita cantik dengan seting yang alami pula. Jika updatenya lama, berarti masih dalam proses pengumpulan literatur dan mengkondisikan mood. Trus mohon sarannya agar cerita ini lebih baik lagi ke depannya.

Thanks.

CHEKIDOT (^_^)

Ayana melangkah perlahan menghampiri Naruto. Semakin dekat jaraknya dengan Naruto, semakin besar pula krisis yang ia rasakan.

Senyum di wajah cantik Ayana sedikit retak. Dahulu kala, ia tidak pernah memandang Naruto selain sebagai paha emas untuk dihisap dan diperas manfaatnya. Ia tidak pernah mengalami rasa takut disaingi dan dikalahkan. Satu-satunya perasaannya tentang Naruto adalah rasa iri dan sekaligus jijik, kenapa babi idiot dan jelek ini harus memiliki ayah yang tajir melintir seperti Minato sama? Kenapa harus dia? Rasa iri melahirkan kebencian dan lalu meningkat menjadi gelap mata. Ia berubah menjadi makhluk serigala bermata putih alias hanya mau meminta, ingin diberi, tapi ogah membalasnya kembali.

Sebelum populer, penampilan Ayana terbilang lusuh. Naruto yang memodalinya ke salon, memberinya baju, sepatu, hingga aksesoris mahal dari brand terkenal. Tak sampai di situ saja, Naruto juga yang memperkenalkannya pada produser dan sutradara terkenal sehingga karir keartisannya moncer. Untuk semua itu, Ayana sama sekali tidak memiliki rasa syukur. Sebaliknya, ia memiliki kebencian yang mendalam pada Naruto hanya karena Naruto anak horang khaya. Atas dasar apa ia iri dengki pada Naruto? Punya ortu yang tajir juga sebuah jari emas, oke?

Sekarang, selain rasa iri dengki, Ayana dibayangi perasaan gelisah. Ia takut disaingi. Naruto yang di depannya telah menjelma menjadi sosok yang ramping dan cantik mempesona. Wajahnya tampak bercahaya dan bening. Dengan melimpahnya sumber daya di tangan (Ortu tajir plus manager genius) serta wajah yang mendukung, masihkah ia memberinya tempat untuk hidup padanya?

Ekspresi Ayana sedikit terdistorsi. Kegelapan menaungi sorot matanya. Tidak bisa dilihat, tapi masih bisa dirasakan. Khususnya oleh orang-orang yang sensitif seperti Naruto.

Sebagai shinobi yang telah menguasai cakra Kyuubi, Naruto jauh lebih sensitif  pada emosi negatif manusia. Kerutan halus menghiasi kerut di dahinya. 'Gadis ini sangat mencurigakan.' Batinnya. Ia tidak mengatakan sesuatu yang kasar padanya dan dalam ingatannya yang terfragmentasi, ia memperlakukan Ayana dengan baik. Atas dasar apa ia memiliki kebencian yang begitu besar padanya? Ia secara diam-diam membuat keputusan untuk membuat jarak dengan Ayana. Semakin jauh semakin bagus.

"Kau lagi marahan sama kami ya? Susah sekali dihubunginya." Meski benci pada Naruto, suaranya masih terdengar manis. Semanis madu. EQnya jelas tidak jongkok. Mungkin itu pula alasannya, kenapa ia bisa menipu Naruto sangat dalam.

Naruto yang pada dasarnya orang yang polos dan riang hingga ke inti, tidak merasakan secercah nada menyalahkan dari kalimat Ayana. "Tidak. Aku tidak marah pada siapapun."

"Lalu, kenapa kau jarang hang out dengan kami?"

"Nilaiku semester kemarin jeblok parah. Hampir tidak tertolong. Karena itu, aku menghabiskan waktuku untuk belajar dan kerja."

Ninja in CampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang