Gawat. Benar-benar gawat. Sasuke marah. Marah besar. Aduh..! Bagaimana sekarang? Apa yang harus ia lakukan biar Sasuke tidak marah? Mohon jawabannya secara online. Segera.
Naruto panik begitu ia memeriksa acara lelang amal yang disebutkan Sasuke. Itu acara yang sangat-sangat penting tahun ini. Acara yang paling dinantikan karena gengsinya karena acara ini mempertemukan para elit yang memguasai roda-roda ekonomi negara. Jika kamu ingin berjuang memperebutkan sumber daya demi kecemerlangan karirmu, inilah tempatnya. Sayangnya, tidak semua orang bisa menghadiri acara ini.
Punya uang belum tentu bisa membuatmu menghadiri acara ini. Menjadi tiran lokal bukan jaminan. Peribahasa China jika uang bisa menggiling setan sekalipun tidak berlaku untuk acara ini. Untuk menghadiri acara lelang amal ini, kamu harus punya tiga hal Uang, Ketenaran, dan Kekuasaan.
Naruto pribadi jelas tidak punya kualifikasi. So mustahil ia bisa jadi peserta Gala Lelang Amal Konoha. Satu-satunya cara ia bisa menghadiri acara adalah melalui jalur Sasuke, selaku managernya. Dan, ia membuang kesempatan emas itu begitu saja? Oh God! Tubuhnya langsung lemas seperti habis diinjak gajah dengan berat 1 ton.
Naruto meraung dalam hati, meneriaki dirinya sendiri, 'Bodoh'. Apa kepalanya kemasukan air hingga ia memilih hari ini untuk mengunjungi onsen di Prefektur Nara? Dengan jarak yang terbentang jauh ini -kecuali ia punya jutsu teleportasi andalan mendiang ayahnya-, tidak mungkin ia bisa menghadiri acara tepat waktu. Itu mission imposible
Oke! Cukup. Ia menyesal. Sangat menyesal. Tapi, tidak ada obat penyesalan di dunia ini. Waktu tidak pernah berjalan mundur ataupun menunggu kita. Sekali ketinggalan, maka kamu hanya bisa mengucapkan selamat tinggal. Sekarang yang terpenting bagaimana caranya memecahkan masalah pelik ini?
Kekhawatiran Naruto bukan hanya karena melayangnya tiket emas berkilauan. Lebih dari itu. Ia sangat takut Sasuke marah padanya.
Bagus jika Sasuke hanya ngomel-ngomel. Berarti ada ruang untuk negoisasi. Tapi, bagaimana kalau ia ngambek? Terus nggak mau bicara dengannya? Atau, yang lebih buruk lagi, ia berhenti jadi managernya? Itu baru Big Trouble.
Ughh..., Naruto mengerang frustasi. Bagaimana ini? Baru kali ini, setelah transmigrasinya, ia merasa takut. Ia takut kehilangan sahabat baiknya. Lagi. Seperti ia kehilangan Sasuke di dunia ninja.
Tubuh Naruto menggigil gemetar teringat kenangan pahit di hari itu. Hatinya dicekam perasaan takut yang amat sangat hingga rasanya tulang-tulangnya lunak layaknya es batu yang mencair. Sakit dan juga pedih.
Jika ada yang bertanya padanya, kapan masa tersulitnya?
Ia akan menjawab, "Saat Sasuke meninggalkan Konoha dan memilih bergabung dengan Orochimaru." Kepergian Sasuke telah membuat dunianya hancur berantakan menjadi serpihan-serpihan tak berbentuk.
Walaupun setelah kepergian Sasuke, ada banyak orang yang mampir dalam hidupnya, mencoba menghiburnya dan mengisi hidupnya, tapi lubang yang ditinggalkan Sasuke tak juga terisi. Tetap kosong. Selamanya.
Lubang itu baru terisi setelah ia berjumpa lagi dengan Sasuke yang dikenalnya. Sasuke yang tujuan hidupnya bukanlah untuk membalas dendam. Sasuke yang meskipun jutek abis, tapi perhatian. Sasuke yang tidak suram.
Ia sangat bahagia dengan hari-hari yang dijalaninya selama pasca transmigrasinya. Hidupnya terasa sempurna karena ia bisa bersama Minato, ayahnya dan juga Suke, sahabatnya. Dan, kini, kebahagiaannya terancam. Sasuke mungkin akan meninggalkannya lagi. Oh, God! Tragisnya, ini dikarenakan kebodohannya.
Air mata bergulir deras membasahi pipi Naruto. Suara isakan kecil sesekali keluar dari bibirnya. Aura negatif mengelilinginya membawa angin keputus asaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninja in Campus
FanfictionTerakhir yang Naruto ingat, jantungnya ditusuk dengan pedang oleh Madara. Ia pikir ia akan langsung menghadap Raja Yama. Namun, saat ia membuka mata, ia justru menggantung di udara dengan satu tangan terjerat pada seutas tali kabel listrik. Yang mem...