Sasuke menatap Naruto penuh selidik. Siapa gadis remaja di depannya ini? Seingatnya, hari ini, ia tidak membuat janji pertemuan dengan siapapun kecuali dengan artis bernama Naru Honda. Ia melihat seragam yang dikenakannya. Meskipun ia tumbuh dan besar di luar negeri, ia cukup tahu mana-mana saja yang termasuk sekolah elit di Jepang khususnya seragamnya. Yang paling Sasuke hafal adalah sekolah Horikoshi Gakuen mengingat banyaknya artis di bawah tangan perusahaan keluarganya yang jebolan sekolah itu. Beberapa diantaranya berada dalam manajemen Uchiha group yang tersebar di beberapa anak perusahaan. Nah, seragam yang dikenakan gadis itu adalah seragam dari sekolah Horikoshi Gakuen.
Sasuke mengingat kembali daftar artis di Amaterasu Ent. yang bersekolah di Horikoshi Gakuen. Ada dua nama. Yang satu namanya Shion dan ia sudah hengkang dari Amaterasu Ent. karena tidak nyaman dengan tim manajemen perusahaan beberapa bulan yang lalu sebelum Sasuke mengambil alih. Jadi, tersisa satu orang yakni Naru Honda alias Naruto Namikaze. Tapi... Sasuke memindai Naruto berulang-ulang. Kok beda jauh dengan fotonya? Pikirnya tidak begitu senang.
Ada dua kemungkinan alasan dibalik perubahan dratis Naruto san. Pertama melalui diet ketat dibarengi dengan olahraga. Kedua, operasi plastik sedot lemak. Untuk opsi yang pertama, Sasuke tidak perduli. Itu pilihan Naruto mau kurus atau tetap gemuk. Lain halnya dengan opsi kedua karena itu akan memicu skandal besar. Jepang mungkin menduduki peringkat pertama se-Asia yang penduduknya paling banyak melakukan operasi plastik. Tapi, sesuai dengan kepribadian orang Timur yang pemalu, mereka tidak akan senang dicap melakukan oplas. Publik masih memandang miring praktik kecantikan ini. Lebih-lebih jika pelakunya seorang pelajar. Alamat banyak yang akan berbaris ke penjara.
Sasuke menekan dahinya yang berdenyut nyeri. 'Gadis ini memang the biggest trouble. Senang menendang masalah.' Pikirnya tidak senang. "Kamu ikut program diet?" Tanya Sasuke sesudah mempersilakan Naruto duduk.
Naruto duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Sasuke. Kimimaru selaku bodyguard berdiri tegap di belakangnya. Gerakannya tidak halus lemah gemulai apalagi anggun feminim. Sebaliknya, gerakannya riang dan bebas tak terkendali. "Tidak juga. Aku makan dengan jumlah seperti biasanya."
Suhu udara terasa turun beberapa derajat saat Sasuke mendengar jawaban Naruto. Mendung menghiasi bola matanya yang gelap tanpa dasar. "Kau operasi plastik?"
"Tentu saja tidak." Sergah Naruto. Tubuhnya bergidik kaku. Dia? Pergi ke rumah sakit? Dalam mimpimu. Dibayar 2 juta yen juga ia ogah. Apalagi pergi dengan sukarela? Dijamin hari itu tidak akan datang. "Tidak mungkin aku melakukannya." Ulangnya tegas.
"Kenapa tidak mungkin?"
"Karena aku benci rumah sakit." Jadi langganan tetap rumah sakit membuat Naruto mengembangkan sifat antipati rumah sakit. Benci sampai ke ubun-ubun.
Sasuke percaya dengan ucapannya. Naruto bukanlah tipikal pembohong. Tapi, apakah publik akan percaya? "Lalu, bagaimana bisa bobot badanmu turun drastis?"
Naruto memberi tatapan menghina. Turun drastis apanya? Sejak awal dia gak gemuk, kok. "Aku tidak gemuk,"
Sasuke menghela nafas berat. Ia lupa betapa sensitifnya para gadis akan topik ini. Meskipun nyatanya ia gemuk, ia tidak akan senang jika ia dikatakan gemuk. "Aku percaya," Itu bukan pujian. Itu sindiran halus.
Naruto yang di hari normal tumpul luar biasa, tumben hari ini ia menyadari sindiran halus Sasuke. "Aku tidak gemuk," ulangnya keras kepala.
Sasuke merotasikan bola matanya.
"Aku hanya agak sehat,"
"Terserah," gumamnya pasrah. Berdebat dengan cewek adalah hal yang sia-sia. Benar atau salah itu tidak penting. Yang penting siapa yang paling jago berretorika. Dan, Naru Honda cukup lihai dalam berretorika. Sasuke yang Uchiha sejati yang terkenal irit bicara jelas bukanlah lawan yang sepadan. "Bukan aku yang menilai, tapi publik. Mereka pasti akan menuduhmu oplas dan itu pastinya akan membuatmu jatuh ke dalam lumpur." Imbuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninja in Campus
FanfictionTerakhir yang Naruto ingat, jantungnya ditusuk dengan pedang oleh Madara. Ia pikir ia akan langsung menghadap Raja Yama. Namun, saat ia membuka mata, ia justru menggantung di udara dengan satu tangan terjerat pada seutas tali kabel listrik. Yang mem...