Setelah dari rumah sakit, mengobati lukanya, Hana di bawa Rain ke rumahnya. Hana kira yang akan di datanginya adalah rumah mewah dengan para pembantu. Tapi,
"Maaf, jauh dari ekspetasi lo"
Hana menggeleng, "Nggak kok!"
Nyatanya, rumah Rain hanya sebuah kontrakan. Tidak ada pembantu, barang mewah, bahkan tidak ada kehangatan. Laintainya sama dinginnya dengan kamar Hana.
"Orang tua lo?" ucap Hana saat memasuki rumah Rain.
Rain mengulum senyum, seperti enggan menjawab.
"Lo mau mandi? Ntar bajunya gue siapin. Pake baju gue, kegedean nggak apa-apa kan?"
"Eh, nggak apa-apa kok!"
Rain mengambil switer berwarna biru muda dan celana training berwarna navy miliknya. Lalu dia berikan kepada Hana.
"Bawa aja bajunya ke dalem kamar mandi. Soalnya gue mao di sini nonton tv," ucap Rain yang diakhiri dengan cengiran khasnya.
Hana mengangguk dan masuk ke kamar mandi.
Dua puluh menit kemudian, Hana keluar dari kamar mandi. Baru saja dia ingin mengajak ngobrol Rain, tapi ternyata Rain sudah tertidur. Dimatikannya televisi yang tadi sedang Rain tonton. Kemudian dia mengunci pintu kontrakan Rain. Hana tidak langsung tertidur, dia duduk di kasur yang terletak di kamar Rain.
Dia mengambil handphonenya dan mencari kontak kakaknya, lalu menelponnya.
"Kak," ucap Hana ketika telpon tersambung.
"Ya, lo dimana dah? Nih ibu sama ayah masih berantem!"
"Gue pergi dari rumah ka. Ka, plis tolongin gue buat yang pertama dan terakhir kalinya."
"........"
Tidak ada jawaban, hening. "Tolong bawain seragam sekolah, sama semua baju gue ke sekolah gue besok. Jam enam pagi. Plis cuma ini ka. Setelah ini, lo bebas dari gue."
"Oke, gue bantuin. Jam enam, besok pagi. Di sekolah lo! Kalau lo telat sedikit aja, baju lo gue buang!"
"Oke ka! Makasih ka"
Lalu Hana mematikan sambungan telpon itu. Dia meletakkan handphonenya di kasur lalu mengambil selimut dan membawanya ke ruang tamu sekaligus ruang tv Rain. Dia memakaikan selimut itu pada Rain.
Apa gue bangunin aja? Gue aja kali yang tidur di lantai? Kalaupun dia, dia harus pake selimut atau apa gitu kan? Nggak harus langsung lantai begini? batin Hana berucap.
"Lo tidur aja di kamar gue. Gue udah biasa tidur di sini."
Hana terkejut, bahkan posisinya yang tadi berjongkok, sekarang menjadi duduk. Mata Rain masih terpejam, tapi mulutnya tadi berbicara. Hana menatap Rain lekat, dari tempat dia saat ini karena dia tidak berani mendekat. Perlahan, Rain membuka matanya sehingga nampak mata ber-iris coklat menenangkan itu. Hana sempat tenggelam di sana, tapi dia mencoba menetralkan wajah, hati, dan pikirannya supaya tidak hanyut pada mata Rain. Untung Hana langsung tersadar.
"Emang lo nggak mau pake apa gitu? Karpet? Selimut? Lo mau tidur gitu aja, langsung lantai?"
Rain tersenyum lalu memejamkan matanya. Dia membenarkan letak bantalnya dan mengeratkan selimutnya. "Gue udah biasa kayak gini. Bahkan bagi gue, ini tempat paling enak buat tidur"
Hana mengangguk, dia mengetahui kebohongan Rain. Ya, Rain hanya berbohong. Hana merasa tidak enak kalau begini.
"Lo kalau tidur suka guling-guling nggak? Maksudnya nggak bisa diem?" ucap Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Itu Cinta? (Completed)
Teen FictionCinta itu tumbuh di hati yang lapang karena dia tidak bertepi. Kehidupan yang sulit dan rumit ini, sering kali membuat manusia melupakan itu. Sehingga cinta selalu terkesan sempit dan rumit. Memang benar menghadapi kehidupan yang sebenarnya tidakla...