~•~
Kehidupan tidak pernah menyiksamu.
Dia hanya memberikan kamu pelajaran supaya jadi lebih tegar.
Dia hanya ingin membuatmu bersyukur ketika menerima kebahagiaan.
~•~Masa-masa sulit datang lagi kepada Rain. Setelah kepergian Reyhan, Syafana kembali seperti semula. Syafana kembali pergi ke club, minum-minuman, sering buat onar di sekolah, padahal sebentar lagi ujian semester ganjil akan dilaksanakan.
Rain? Jangan ditanya bagaimana kondisinya. Dia memang tidak berbuat ulah. Namun, dia harus benar-benar siap sedia menjaga Syafana. Dia juga harus tetap belajar mempertahankan peringkatnya. Selain itu, dia juga bekerja.
Rain sebenarnya kelelahan, tapi fisiknya terlalu kuat. Dia sudah lelah, tapi tubuhnya enggan untuk tumbang. Sehari saja menurutnya sangat berarti. Jadi walaupun badannya panas, dia merasa pusing, bahkan sampai muntah-muntah sekalipun, dia tetap menjalankan kegiatan sehari-harinya itu. Menjaga Syafana, belajar, dan mengajar.
Jam 03:00. Rain di telpon oleh salah satu kenalannya yang menjadi bartender di salah satu club malam. Apalagi? Tentu saja bartender itu memberitahukan Rain tentang Syafana yang mabuk berat.
Rain mengambil kunci motornya dan segera pergi ke club itu.
Saat sampai di sana, dia langsung menghampiri Syafana. Dia menggendong Syafana ala bridal style lalu berjalan ke parkiran di ikuti bartender yang tadi menelponnya. Seperti biasa, bartender iitu membawa tali yang akan mengikat Syafana ke tubuh Rain agar gadis itu tidak terjatuh.
Ya mau bagaimana lagi? Dari pada menyewa taxi, Rain lebih memilih melakukan cara ini.
Di perjalanan, Syafana terus saja menggumamkan nama Reyhan. Rain jadi bertanya-tanya, seberapa besarnyakah cinta Syafana ke Reyhan?
Saat sampai di rumah Syafana, Rain langsung membawanya ke kamar Syafana. Di rumah Syafana ada pembantu, Bik Tin namanya. Bik Tin sudah mengenal Rain. Bahkan sudah terbiasa dengan Rain yang membawa Hana pulang dalam kondisi mabuk. Orang tua Syafana?
Sibuk kerja.
Setelah membawa Syafana pulang, Rain pulang ke rumahnya.
Begitu setiap hari. Terkadang Syafana masuk sekolah, tapi lebih sering dia tidak masuk. Kalaupun masuk, dia akan datang terlambat.
Rain tidak masuk ke dalam rumahnya. Dia duduk di depan kontrakan menatap bulan yang lagi-lagi kesepian.
'Kehidupan adil di bagian mananya? Banyak orang yang mendapatkan kebahagiaan setelah kesedihan. Kenapa aku selalu terjatuh? Padahal aku sudah menderita. Apa aku tidak punya taqdir untuk bahagia? Apakah kebahagiaan sudah habis sehingga aku hanya mendapatkan penderitaan?'
Batin Rain terus bertanya-tanya. Tapi dia mengharapkan jawaban dari siapa? Waktu? Ataukah bulan yang masih menggantung di langit sana? Hanya dirinya sendirilah yang bisa menemukan jawabannya. Nanti, saat kebahagiaan datang kepadanya.
-----------•----------
Syafana menepuk pundak Rain yang sedang makan di kantin.
Rain tersedak. Syafana tertawa dan menyodorkan minuman ke Rain.
"Lagian lo ngagetin gue aja. Untung gue nggak mati," ucap Rain sebal.
Syafana tertawa, "Lagian makan sendirian aja. Cari pacar napa!"
"Mager!"
Makanan Syafana datang. Mereka berduapun makan dengan tenang.
"Telat lagi?" ucap Rain saat makanan keduanya sudah habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Itu Cinta? (Completed)
Fiksi RemajaCinta itu tumbuh di hati yang lapang karena dia tidak bertepi. Kehidupan yang sulit dan rumit ini, sering kali membuat manusia melupakan itu. Sehingga cinta selalu terkesan sempit dan rumit. Memang benar menghadapi kehidupan yang sebenarnya tidakla...