Dari rumah Ferry, Reyhan mengantarkan Syafana ke rumahnya. Di perjalanan, Reyhan hanya diam membisu. Hal itu, sukses membuat suasana canggung di antara mereka berdua.
Syafana menyadarkan dirinya. Dia berusaha menghilangkan rasa Syok yang masih menderanya. Dia harus mencegah persahabatan antara dirinya, Reyhan, dan Rain hancur.
"Rey, kamu percaya sama yang di ucapin Ferry?"
Reyhan masih diam. Tangan Syafana masih bergetar.
"Rey, kita kan baru kenal sama dia. Sementara Rain? Kita dari dulu udah kenal sama dia. Jangan kamu lebih percaya sama omongan si Ferry itu Rey. Ferry itu nggak baik, aku tau."
Reyhan masih diam. Keringat dingin mengucur dari pelipis Syafana.
"Kita tanya baik-baik sama Rain besok. Kamu harus percaya sama Rain, Rey. Dia sahabat kita. Jauh dari sekarang, banyak kebaikan yang udah dia kasih ke kita. Di saat dia ada di masa suksesnya, dia selalu ada di samping kita, nolak semua orang yang berusaha jadi sahabat dia dan pertahanin kita. Sekarang? Jangan pas dia lagi jatuh gini kita berpikir buat ninggalin dia"
Reyhan masih diam. Syafana memejamkan mata, kepalanya pusing.
"Hati-hati pulangnya. Jangan emosi, ya. Jaga diri baik-baik," ucap Syafana saat sudah sampai di depan rumahnya. Dia mengusap pelan bahu Reyhan dan turun dari mobil.
Setelah itu, mobil Reyhan pergi meninggalkan rumah Syafana.
~~~~~~~~~~♥~~~~~~~~~~
Syafana dan Reyhan menghampiri Rain yang sedang duduk di bangku yang ada di rooftop. Keduanya ikut duduk di samping Rain. Rain yang sedang memainkan gitarnyapun menghentikan permainannya itu dan menatap kedua sahabatnya bergantian. Saat ini sudah jam pulang sekolah. Bahkan Syafana juga membawakan tas Rain dan menyerahkannya ke Rain.
"Lo udah baikan, Rey?" tanya Rain sambil menerima tasnya dan menoleh ke Reyhan.
Reyhan mengangguk tapi wajahnya datar.
"Emmm.. Rain. Gue boleh nanya nggak?" tanya Syafana.
"Ya bolehlah. Pake ngomong begitu lagi lo. Nanya-nanya aja kali"
Syafana mengangguk.
"Berita yang waktu itu pernah kesebar, itu kisah kehidupan asli lo kan?"
Rain terdiam.
"Ayolah Rain. Gue sama Reyhan nggak berniat jahat kok. Kita sahabat lo. Jelas kita berhak tau. Sahabat macem apa yang nggak tau kehidupan sahabatnya?"
Rain mengangguk, "Tapi itu semua nggak penting, Sya. Gue cuma mau kalian sahabatan sama gue bukan karena kasian"
"Tapi Rain, apa salahnya sih kita tau?!" bentak Syafana, mulai emosi.
"Kemaren Ferry ngomong yang nggak-nggak tentang lo! Kita cuma mau tau yang sebenernya biar kita bisa belain lo!" lanjut Syafana.
"Trus kalau kalian udah tau, kalian mau apa?! Kehidupan gue nggak pantes buat disebar luasakan. Kehidupan gue, nggak bagus. Bahkan gue aja nggak pernah mau percaya kalau itu kehidupan gue. Lagian, gue percaya sama kalian. Kalian nggak bakalan percaya gitu aja sama Ferry, kan? Asalkan kalian nggak percaya, gue gak maslaah. Kalian nggak harus bela gue di depan—
"Kalau gue percaya, gimana?" sela Reyhan.
"Rey...," panggil Syafana, meminta Reyhan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Itu Cinta? (Completed)
Roman pour AdolescentsCinta itu tumbuh di hati yang lapang karena dia tidak bertepi. Kehidupan yang sulit dan rumit ini, sering kali membuat manusia melupakan itu. Sehingga cinta selalu terkesan sempit dan rumit. Memang benar menghadapi kehidupan yang sebenarnya tidakla...