17) Antara Rindu Dan Masalah

94 5 0
                                    

Rain duduk di depan kontrakannya. Langit malam ini begitu pekat dan gelap. Untung saja ada bulan, jadi tidak terlalu sepi. Walaupun sang bulan malah nampak kesepian, tanpa bintang. Tapi itu lebih baik daripada tidak ada bulan dan bintang sama sekali.

Rain memetik senar gitarnya dan mulai melantunkan sebuah lagu, mengungkapkan perasaaannya.

"♪Nan saenggakmanhamyeon sesangeul neoro Chaeul su isseo hmmm…
Nunsongihanaga ne nunmul han bangulinigga
Dan han gaji mothaneun geoseun neol naegero oge haneun il
I chorahan choneunglyeog
Ijen eobseoeumyeon jogesseo uhhh...," ucap Rain, menyanyikan lagu milik Exo. Yang berjudul Miracles In December.

Ketika bibirnya melantunkan lagu itu, batinnya menyuarakan arti dari lagu itu.

'♪Hanya dengan memikirkannya, duniaku seketika penuh denganmu. Karena setiap salju yang turun, adalah air matamu. Satu hal yang tidak bisa aku lakukan, membawamu kembali padaku. Aku hanya bisa berharap. Bisa menghilangkan semua perasaan ini.'

Hatinya diliputi rasa rindu dan bersalah kepada Hana. Setiap apapun yang ada, seakan adalah wujud Hana. Seperti hujan—yang selau Rain rindukan kehadirannya, Rain selalu merasa bahwa Hana ada di sana, bersama rintik hujan.

Jadi, setiap saat seakan Hana selalu ada di sisinya. Namun hal itu bukan membuatnya bersemangat dan melanjutkan hidup, dia malah rindu kepada gadis penyuka senja itu.

Air mata Rain menetes. Untuk pertama kalinya rasa rindu ini benar-benar mengiksanya. Rain cepat-cepat menghapus air matanya yang terjatuh. Dia harus kuat.

Dia melanjutkan menyanyi sampai lagu itu usai. Setelah itu dia memandang langit yang sepi itu.

"Hana, berjalanlah di kegelapan. Tak apa aku tidak dapat melihatmu asalkan kau ada di sana melihatku. Berbisiklah dengan sangat pelan, tak apa aku tidak dapat mendengarmu asalkan aku tau kau ada di sini, Hana. Aku mencoba menemukanmu, kau yang tidak dapat kulihat lagi. Mencoba mendegarmu, kau yang tidak dapat kudengar lagi. Tapi, semua itu tidak bisa terjadi. Kau sudah terlanjur pergi," ucap Rain. Dia mulai menggunakan kata-kata puitisnya untuk mengukirkan perasaannya. Biasanya jika dia sudah begini, berarti dia sedang menghibur diri.

Bahkan panggilannya berubah jadi Aku-Kau.

Tiba-tiba ponselnya berdering.

Rain mengeluarkan benda pipih berbentuk persegi itu dari saku celananya. Dia menerima panggilan itu.

"R....Ra.....Rain.....," panggil seseorang di seberang sana dengan suara yang pelan dan bergetar.

Rain melihat layar ponselnya sejenak, di sana tertera nama Ana yang berarti Syafana.

"Ana? Lo kenapa?"

Tidak ada jawaban. Hanya ada suara isak tangis yang membuat Rain sangat penasaran dan kebingungan.

"Ada apa, Ana?" ucap Rain lembut.

"Jemput gue.. Gue takut Rain"

"Hah? Lo di mana? Reyhan mana lagi?"

"Gue di rumah Ferry"

"Lo ngapain di situ hah?!" ucap Rain emosi. Dia tahu, sejak dulu Ferry memang mengejar-ngejar Syafana. Dia menyatakan cinta kepada Syafana. Mereka sudah pernah jadian malah. Tapi ternyata, laki-laki yang ternyata anak dari pemilik sekolah Impian Bangsa itu, hanya mengincar tubuh Syafana. Dia menginginkan Syafana untuk memuaskan nafsu birahinya.

Apa Itu Cinta? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang