Tahun pelajaran baru telah tiba. Tapi Siswa dan Siswi Harapan Bangsa, malah gempar sendiri. Karena sebuah berita. Sebenarnya tidak hanya para murid, tapi guru, bahkan staf dan tata usaha, juga gempar dibuatnya.
Berita yang tersebar itu, berupa rekaman suara Rain yang sedang menceritakan sebuah kisah. Kisah itu adalah kisah yang pernah Rain ceritakan kepada Reyhan, sudah lama sekali tapi berita itu baru saja menyebar. Tadi pagi.
Untung saja, ini hari pertama masuk. Identik dengan tidak diadakannya upacara.
Rain yang tidak mengetahui apa-apa kebingungan sendiri ketika teman-teman sekelas barunya menanyakan perihal berita itu. Rain menahan amarah melihat siapa yang mengunggah itu.
Reyhan. Berita itu di share dengan caption, Mantan ketua osis Harapan Bangsa pernah masuk rumah sakit jiwa.
Sementara Hana, yang sekelas dengan Rain, hanya bisa menatap laki-laki itu dari bangku paling belakangnya. Sejak hubungan pertemanannya retak dengan Rain, Hana sudah tidak pernah mendekati Rain. Bahkan tidak pernah bertukar kabar dengannya. Di danaupun, Rain tidak pernah menoleh ke atas. Hana hanya bisa diam tidak juga menyapanya.
Laki-laki itu melangkah meninggalkan kelas. Takut Rain berbuat nekat, Hana mengikutinya. Sementara Zayn yang melihat itu, hanya bisa menatap kepergian Hana di bangkunya. Ya, Zayn memang sekelas dengan Hana.
Ternyata Rain pergi ke rooftrop.
Dia terduduk persis di tempat Hana berdiri saat Rain menolongnya, waktu itu, dikala senja.
Kenapa? Apa gue harus jatuh, lagi? batin Rain.
Tiba-tiba seseorang memegang pundaknya pelan. Hana. Lalu dia duduk di samping kiri Rain. Langit berawan, sehingga keduanya tidak kepanasan.
"Gue tau semua yang lo ucapin di rekaman itu, bener. Tapi gue di sini bukan buat bilang itu. Rain di rekaman itu, lo nggak bilang kalau itu lo. Lo cuma ceritain sebuah kisah. Kisah, Rain. Lo bisa bilang ke mereka kalau itu cuma sebuah kisah atau cerita fiksi. Lo bilang juga ke mereka, terserah kalian mau percaya atau nggak. Tapi dengan kalian percaya sama berita angin itu, kalian udah ngecewain gue. Gitu, Rain"
Rain menoleh dan tersenyum kepada Hana.
"Ya, lo bener. Gue bakalan bilang ke mereka kayak gitu. Iya... Iya..," ucap Rain. Lama-lama suaranya makin pelan dan lirih. Apalagi saat dia mengucapkan kata terakhir itu. Hana menyandarkan kepala Rain ke bahunya, lalu mengusap dan menepuk punggung laki-laki itu pelan.
"Semuanya akan baik-baik aja. Gue percaya sama lo, Rain"
Hana memeluk Rain. Mengisyaratkan bahwa dia ada di sini bersama Rain. Menyatakan kalau dia peduli pada Rain dan menyatakan bahwa dia akan selalu..
Menyayangi dan mencintai laki-laki itu meski Rain telah mencampakan Hana. Hujan. Lagi dan lagi dia datang di saat yang tepat. Rain bersatu dengan hujan, ikut mengeluarkan air dari matanya. Ya, Rain menangis. Mungkin orang lain tidak akan tahu, tapi Hana yang sedang memeluknya, sudah pasti tahu.
Merasakan hujan datang tepat pada waktunya atau tidak tepat pada waktunya, itu sesuai sugesti. Ketika hujan turun, jika kita selalu menerima dan menyambut kehadirannya, maka dia akan terkesan seperti tepat waktu. Tapi jika kita selalu menolaknya, membenci kehadirannya, tidak ikhlas dan membenci keadaan, maka dia akan terkesan datang bukan pada waktunya.
Rain dan Hana, masuk golongan yang pertama. Bagi mereka, hujan selalu datang tepat pada waktunya.
~♥~
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Itu Cinta? (Completed)
Teen FictionCinta itu tumbuh di hati yang lapang karena dia tidak bertepi. Kehidupan yang sulit dan rumit ini, sering kali membuat manusia melupakan itu. Sehingga cinta selalu terkesan sempit dan rumit. Memang benar menghadapi kehidupan yang sebenarnya tidakla...