Raditya Alvaro, kakak sulung Nawalia, akhirnya pulang setelah menjalani misi panjang di laut sebagai Letda TNI AL. Kepulangannya menjadi momen yang ditunggu keluarga, terutama Nawalia.
Malam itu, keluarga Alvaro berkumpul di ruang tamu. Rian dan Aprilia duduk santai sambil mendengarkan cerita Raditya tentang pengalamannya di lautan. Nawalia, yang biasanya sibuk dengan kegiatannya, terlihat antusias mendengar cerita-cerita kakaknya.
"Gimana kabar adik bungsu kesayangan? Dengar-dengar, kamu lagi ikut tes PSDP TNI?" Nawalia mengangguk dengan semangat
"Iya, Kak. Doain aja, aku bisa lulus dan menyusul jejak kalian." Raditya tertawa kecil
"Pasti. Tapi ingat, jadi prajurit itu nggak gampang. Kamu harus lebih siap mental dan fisik." Nawalia tersenyum percaya diri
"Aku tahu, Kak. Aku nggak akan mengecewakan Ayah, Ibu, atau Kak Radit."
Rian, yang sedari tadi mendengarkan, ikut menimpali.
"Radit, kalau ada waktu, bantu Nawalia latihan. Dia sudah bekerja keras, tapi kalau ada bimbingan langsung dari kakaknya, pasti lebih baik." Ucap Rian
Raditya mengangguk
"Siap, Pak. Besok kita mulai latihan bareng. Nanti aku kasih tahu seperti apa medan yang sebenarnya."
Mendengar itu, Nawalia merasa lebih termotivasi. Kehadiran Raditya membuatnya semakin yakin bahwa ia bisa mengikuti jejak keluarganya di dunia militer.
Namun, di sisi lain, Raditya juga menyadari ada sesuatu yang berbeda pada adiknya.
Setelah makan malam selesai, Raditya menghampiri Nawalia di balkon.
"Al, Kakak mau tanya. Kamu lagi dekat sama siapa, ya?" Nawalia kaget
"Hah? Maksud Kak Radit apa?"
Raditya tertawa kecil
"Aku lihat kamu agak aneh belakangan ini. Ada yang ganggu pikiran kamu?" Nawalia menggeleng cepat
"Nggak ada, Kak. Aku cuma fokus ke tes aja."
"Hmm... kalau nggak mau cerita sekarang, nggak apa-apa. Tapi Kakak ada di sini kalau kamu butuh teman bicara, oke?"
Nawalia tersenyum tipis
"Iya, Kak. Makasih."
Raditya tersenyum dan menepuk pundak adiknya sebelum kembali masuk ke rumah.
Nawalia memandang langit malam dengan pikiran yang mulai berkelana. Ia sadar, meskipun keluarganya selalu mendukung, ada satu bagian dari hidupnya yang masih terasa rumit hubungannya dengan Rangga.
Keesokan harinya, Raditya benar-benar menepati janjinya untuk melatih Nawalia. Setelah subuh, ia mengetuk pintu kamar Nawalia, membangunkannya untuk memulai latihan fisik di halaman rumah.
"Al, ayo bangun! Kalau kamu mau jadi prajurit, nggak ada kata malas. Mulai dari sekarang, biasakan bangun lebih pagi dari matahari."
Nawalia masih mengantuk
"Iya, Kak. Lima menit lagi..."
Raditya mengetuk pintu lebih keras
"Lima menit itu bisa jadi penentu nasib kamu. Ayo bangun, jangan bikin Kakak nyeret kamu keluar!"
Nawalia akhirnya menyerah. Ia keluar dari kamar sambil mengusap matanya. Latihan pagi itu diawali dengan pemanasan, jogging keliling kompleks, dan dilanjutkan dengan beberapa latihan kekuatan.
"Al, kamu harus biasain tubuh kamu untuk tangguh. Di dunia militer, fisik itu nomor satu. Kalau kamu nggak kuat, nanti kamu kalah sama medan."
Nawalia mengatur napas
"Aku tahu, Kak. Tapi kamu galak banget sih latihannya!" Raditya tertawa
"Ini baru pemanasan, Dek. Tunggu aja kalau kamu udah masuk pendidikan, bakal jauh lebih keras dari ini."
Setelah latihan selesai, Raditya memberi beberapa tips tambahan. Namun, di tengah obrolan, Rian memanggil Raditya ke ruang kerja.
"Radit, Ayah mau bicara sebentar soal Rangga."
Raditya mengernyit.
"Rangga? Ada apa dengan dia, Yah?"
"Belakangan ini dia sering antar jemput Nawalia, bahkan ikut mendampingi beberapa kali. Kamu pikir dia serius sama adikmu?"
"Serius? Maksud Ayah, dia ada niat sama Nawalia?"
"Itu yang Ayah nggak tahu. Tapi kalau benar, Ayah mau kamu pantau dia. Ayah nggak mau adikmu terlalu cepat terjebak dalam hubungan sebelum dia matang."
Raditya mengangguk, meskipun pikirannya bercampur aduk. Ia menyadari bahwa Rangga mungkin menyimpan sesuatu untuk Nawalia, tapi ia juga tahu betapa keras kepala adiknya.
Sementara itu, Nawalia tidak tahu bahwa ia sedang menjadi topik pembicaraan. Ia duduk di taman sambil memeriksa ponselnya. Notifikasi DM muncul lagi dari akun Kaivan Athar.
KaivanAthar
Kamu latihan bareng Bang Radit tadi? Lumayan juga fisiknya.Nawalia mengetik
Darimana tahu? Kamu ngintai, ya?
KaivanAthar
Aku kan ajudan ayah kamu. Kalau urusan keluarga, aku harus tahuNgapain sih repot-repot? Aku bisa jaga diri sendiri.
KaivanAthar
Tahu, kok. Tapi aku cuma peduli. Itu salah?Terserah deh
Rangga tersenyum membaca balasan ketus itu. Ia tahu Nawalia sulit didekati, tapi entah kenapa, itu justru membuatnya semakin tertarik.
Di sisi lain, Raditya mulai memperhatikan gerak-gerik Rangga lebih dalam. Sebagai seorang kakak dan juga perwira, ia merasa bertanggung jawab untuk melindungi adiknya dari segala hal, termasuk dari seorang Letda muda yang sedang mencoba mendekatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fly To Eternity
Sachbüchercinta, kehilangan, dan pengorbanan, meskipun hidup penuh dengan ujian dan penderitaan, jiwa seorang pahlawan tetap terbang menuju keabadian.