"Kalau sudah tidak mau berteman dengan Sana lagi. Kenapa Dahyun masih peduli?"
Dahyun menengok dan berkata.. "Mamih khawatir. Dia bilang supaya kau jaga kesehatan."
Sana terdiam.
"Udah ah, aku duluan." Dahyun melangkah pergi meninggalkan Sana seorang diri.
Apa cuma mamih yang khawatir? Kalau Dahyun sendiri gimana?
...
Drrtt.. Drrtt..
Dahyun mengambil HP nya yang berbunyi.
Momo
Gimana? Sudah rujuk
Read 09.16Bawel..
Read 09.16Dahyun kembali memasukkan HP nya ke saku celananya.
Ia menengok dan..
"Kalian belum rujuk?" Momo tiba-tiba datang dari belakang tembok.
"Kamu dari tadi nungguin disini?" Dahyun mengelus dadanya karna kaget.
"Seriusnya kenapa sih kalian ini? Malah orang lain yang gemas tau!" Momo mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Ayo balik ke tempat Sana, biar aku yang menjelaskan." Momo menarik lengan Dahyun.
"Lepas." Dahyun melepaskan tarikan Momo.
"Masalahku dan Sana gak sesimple yang kamu pikir. Justru yang bikin aku sadar akan hal ini itu kamu Momo."
Momo dibuat bingung dengan perkataan Dahyun. "Hah?"
"Inget gak dulu waktu awal masuk SMA, dan kita baru kenal satu sama lain."
Flashback on
Beep~ beep~
"Ih sebel deh! Kenapa kok gak sekelas sama Dahyun! Padahal waktu SMP kita selalu sekelas. Mana sekarang kelas kita jaraknya jauh lagi." Sana memeluk lengan kiri Dahyun.
"Sudah, mau gimana lagi? Balik sana ke kelasmu, sudah bel tuh." Dahyun mengusap rambut Sana dengan tangan kanannya.
"Nanti istirahat Sana kesini lagi ya? Daah!" Sana melambaikan tangan kearah Dahyun yang sedang bersandar didepan pintu kelas.
Saat Dahyun ingin memasuki kelas.. "Cieee."
Siapa lagi kalau bukan Momo pelakunya.
"Pacarmu ya Hyun? Cantik banget lhoo."
"Bukan, kami hanya teman sejak kecil. Dia tetanggaku."
"Eh? Serius? Kirain pacarmu.. Semuanya juga mikir gitu. Habis kalian berduaan mulu. Tiap istirahat dia kesini, kesekolah dan pulang juga bareng."
"Memangnya dia gak punya temen yang lain ya? Sesama cewek sekelasnya gitu. Nanti dia dikira temen posesif lho.. Haha.."
Flashback off
"Eh? Aku pernah ngomong gitu ya? Ya ma'ap." Momo menggaruk tengkuknya.
"Gara-gara itu aku jadi makin sadar. Di kelasnya dia emang gak punya temen ngobrol, semuanya serba sendiri. Temennya cuma aku saja.."