Zahra sudah tidak dapat berkata-kata lagi. Dia speachless. Tanpa disadari air mata zahra jatuh membasahi pipi cabinya.
Mereka berdua sama-sama menatap mural besar dihadapan mereka.
Zahra sangat fokus mengamati mural dengan tatapan terkagum. Sedangkan Ziko, ia tidak melihat mural dihadapannya justru ia memperhatikan Zahra yang berdiri didepannya sambil memasukkan kedua tangannya ke katong celana
Melihat air mata Zahra jatuh, Ziko tersenyum kesil dan melangkah maju mendekati zahra hingga berada disampingnya.
Ia menjulurkan tangannya dan mengusap air mata yang ada di pipi Zahra.
Zahra yang kaget ada tangan yang menyentuh pipinya, langsung menyerongkan badannya berhadapan dengan Ziko.
"Cengeng banget sih lu, tampang doang jutek. Liat beginian aja mewek." ejek Ziko pada Zahra setelah ia menghadapnya.
"brisik-_" ucap Zahra sambil mengusap hidungnya dan memalingkan wajahnya dari hadapan Ziko.
"idihh sok malu-malu lagii. Udah ketauan nangis juga luu" goda Ziko sambil mencoba memalingkan wajah Zahra agar menghadapnya
"Siapa juga yang nangis, orang gue cuma terharu tau liat ni gambar."
"Siapa dulu dong yang gambar, A'a Ziko ganteng gituu lojh" sombong Ziko menatap mural dihadapannya kembali.
Zahra tak memberj tanggapan, ia hanya melirik ziko sebentar kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke mural
"yahh, gak percaya lu? liat noh dipojok ada inisial SZ. siapa lagi kalo bukan a'a Sutan Ziko yang paling ganteng inii" kata Ziko menunjuk pojok mural.
"Beneran elo yang buat? kok nggak yakin sih gue?" ragu Zahra sambil menatap Ziko yang berdiri tepat didepan inisial SZ
"yaudah kalo gak percaya," ucap Ziko sambil berjalan meninggalkan Zahra
Zahra yang masih asing dengan tempat ini, langsung membalikkan badan mengikuti Ziko yang sudah berjalan jauh didepannya.
Ziko berjalan ke kursi berbentuk persegi panjang besar yang berada di tengah rooftop, kemudian mendudukinya.
sedangkan Zahra, dia hanya menatap Ziko yang duduk diatas kursi dengan menyandarakan kedua tangannya disamping tubuh.
Ziko menepuk kursi panjang disampingnya yang masih kosong, memberi isyarat kepada Zahra untuk duduk.
Tetapi Zahra tidak merespon. justru malah mengalihkan pandangannya kedepan, sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada.
"Emmm, itu tadi yang gambar beneran elo?" tanya Zahra masih tidak percaya.
Ziko merebahkan badannya dikursi, kemudian memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa.
"Yaudah sih kalo nggak mau percaya nggak usah dipaksa." ucap Ziko yang masih memejamkan matanya
Zahra hanya menghela nafasnya, kemudian duduk diujung kursi samping Ziko yang sedang rebahan
Ziko yang merasa ada pergerakan disampingnya membuka mata. Tersenyum melihat Zahra yang duduk di ujung kursi, seperti menjaga jarak darinya.
Ide usil terbesit dibenak Ziko. Ia menjambak rambut indah Zahra yang dikucir kuda.
"Aaww" teriak Zahra saat ziko menjambak rambutnya, ia menengok kebelakang. Namun yang ditemuinya Ziko sedang pura-pura tidur dan masih memejamkan matanya.
Zahra hanya melihat Ziko dengan tatapan datarnya, kemudian memalingkan pandangannya lagi kedepan.
"Duduknya masih kurang jauh tu neng, sampe monas sana sekalian. Takut amat ama gue. nggak gigit kok, paling cuma nyakar doang" ucap Ziko sambil menekuk satu tangannya untuk dijadikan bantalan kepalanya.
"Garing-_" ucap Zahra tanpa menoleh lagi kebelakang.
"Jutek banget dah sih eneng mahh" balas Ziko mulai bangun dari rebahannya dan merengangkan otot tangannyaa
Tttttteeeeetttt
bel istirahat berbunyi. Zahra melihat jam yang melingkar ditangannya, langsung bangkit kemudian berjalan menuju pintu yang tadi mereka masuki.
"ehhh mau kemana neng? main ninggal2 aja. tungguin abang napa!"
ucap Ziko dengan suara lantangnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ziko Story
Teen FictionSutan Diego Armando Oriando Zico, anak asli Betawi yang bersekolah di SMA N Budi Luhur bersama dengan 4 kawand-kawand tercintanya, siapa lagi kalau bukan Brylian, amanar, dan si kembar bagas bagus Mereka sekarang duduk di kelas XI KKO. Buat kalian y...