40

394 25 2
                                    

entah apaaa yang merasukimuu, hingga kau tega mengkhianati ku...

tiba-tiba saja dering dari handphone Bio berbunyii.

njirr, nak tiktok banget sih si Bio. lagunya mana ngundang banget, untung coach nggak sampe ikut joget. batin Zahra menahan tawanya

"Maaf coach ada telfon, izin keluar" pamit Bio

Bio pun keluar, dan Zahra masih melanjutkan perbincangannya dengan coach Husaini. Sampai akhirnya tiba diujung perbincangan

"ya sudah, kamu ambil Jearsy dulu di gedung belakang ruangan. Ini kuncinya kamu ambil sendiri sesuai ukuran kamu."

"siyap pak"

"lahh mana sih bioo? ditinggal nih gue." ucap Zahra clingak clinguk mencari Bio saat sudah keluar dari ruang olahraga

"ya udah dehh, biasa juga apa-apa sendiri. Nasib terlalu lama menjomblo"

saat akan berbelok dari ruang olahraga, Zahra kaget karna bebrapa meter didepannya ia melihat Ziko sedang bicara dengan seseorang guru olahraga yang kalau tidak salah coach sepak bola putra.

mampus, ada tu curut lagi. lewat jangan ya? mana mereka berdiri deket pintu gudang lagi. Ah sa bodo lah -batin Zahra terus berjalan menuju pintu gudang

saat sudah mulai dekat, Zahra sedikit menunduk sopan pada Coach yang tak sengaja juga melihatnya. Dan seperti biasa ia tidak akan melirik Ziko sedetikpun.

"Jadi jangan lupa ko, kabari teman-teman kamu lainnya. Kita lusa latian jam 4 lagi seperti biasa. Jangan sampai ada yang terlambat, OK?" perintah coach pada Ziko

"Siyap laksanakan coach" jawab Ziko memperagakan seperti tentara-tentara yang sedang hormat

"ya sudah, saya tinggal dulu kalau begitu."

"Beres coach, hati-hati coach"

ekhhmmm

Zahra yang sedang kebingungan kunci mana pintu gudang ini tak mempedulikan deheman tersebut.

aduhh yang mana sih kuncinya, kenapa banyak banget dah. Masa harus di cobain satu-satu -batin Zahra
berusaha mencari kunci yang cocok, karena tadi coach Husaini memberikannya kunci yang segerombol dengan kunci-kunci lain. Tau kan, kunci ala-ala sekolah yang kunci semua ruangan di gabungkan menjadi 1, entah apa motivasinya. Hanya pak bon lah yang tahu

"ekkhhmm, ngapain neng? mau maling ya?" tanya Ziko

tak ada respon yang Zahra keluarkan, ia masih mencoba memasukkan kuncinya satu persatu, berharap pintu segera dapat dibuka.

Ziko menghela nafasnya, melihat jam ditangannya. Sudah 2 menit dia menunggu Zahra yang masih berkutat dengan puluhan kunci yang ada ditangannya.

Ziko menyenderkan badannya tapi masih dengan posisi menghadap Zahra. Jadi hanya bagian kiri badannya saja yang mengenai tembok

"Kalo nggak bisa tuh minta tolong kek, nggak usah sok bisa mangkanya ribet sendiri kan" omel Ziko menyilangkan tangannya didepan dada

"lagi sariawan neng? dari tadi nggak nyaut"

-_

tak ada sautan, Ziko yang mulai muak langsung menyambar kunci yang sedang Zahra pegang

tanpa kesulitan mencari Ziko langsung menemukan kuncinya dan dibuaknya pintu gudang ini.

Padahal kunci tadi berada diantara  banyak gabungan kunci-kunci lainnya, bisa dibilang puluhan. kenapa Ziko bisa langsung menemukan kunci gudang?

Jangan tanya lagi, Ziko kan kapten bola di sekolahnya. Jadi sudah biasa ia keluar masuk ke gudang ini. Mudah baginya mengenali kunci gudang yang mungkin bisa tiap minggu ia kesini.

"silahkan masuk tuan putrii" Ziko membukakan pintu gudang dan menyambut Zahra ala-ala kerajaan dengan membungkukkan badan menyilahkan ia masuk

"lebaii" ketus Zahra berjalan masuk tanpa mengucap terimakasih

"sama-sama sayang"

Zahra celingak-celinguk mencari dimana tempat Jearsy diletakkan.

"nyari paan sih neng? biar Abang bantuin sini, asal jangan nyari hati baru aja ntar hati abang mau di kemanain dong kalo eneng punya hati baru"

"Dih najis bucin luu."

"Ga papa dong. asal kamu tau ya, ngebucinin kamu itu suatu anugerah terindah tau."

Zahra memasang muka ingin muntah setelah mendengar ucapan Ziko yang tidak berbobot itu

"Lucu deh, jadi tambah sayangg"

"bodo amat."

Ziko StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang