Tacenda (n.):
Things better left unsaid; matters to be passed over in silence.
[ LATIN ]
-----
[ Al's POV ]
Kemarin berjalan dengan baik. Sangat baik. Dan menyenangkan.
Rei akhirnya membeli kemeja pink yang aku sarankan, juga kemeja hitam yang dia inginkan itu – yang, astaganaga, kenapa sih Rei itu bandel banget dibilangin? – ditambah satu kemeja lagi, yang katanya, mungkin akan dia perlukan juga. Jadilah, dia beli 3 kemeja, dan 1 celana chino, yang akan dia padankan dengan kemejanya. Pink masuk, light blue pun bisa. Dia bilang, untuk celana itu, dia percaya padaku.
Selanjutnya, kami pergi makan. Menemani Rei belanja selama sejam, ternyata cukup melelahkan. Well, Rei yang makan. Aku hanya membeli bubble drink dan seporsi pangsit goreng.
Ya, sesekali memasukkan bakmi special punya Rei ke mulutku. Dan membuat Rei kembali menawarkan untuk membeli seporsi lagi, untukku sendiri.
"Gak mau ah, nanti aku ga abis. Aku cuma pengen karna kamu makan, jadi kayak keliatannya enak. Ntar kalo aku beli, pasti ga abis." Kataku, meletakkan garpu Rei, dan kembali menarik 1 pangsit goreng, sebelum memasukkannya ke mulutku.
"Ya kalau ga abis, aku bisa bantuin." Kata Rei. Aku memandanginya.
"Kamu keberatan ya aku ngambil mie nya?"
"Astaga, enggak Al! Enggak kok. Cuma ya daripada kamu pengen, maksud aku."
"Yaudah aku ga minta lagi."
"Gak gitu, Al." kata Rei, terlihat sangat tidak enak. Dia kemudian malah mengambil garpu, memutar mie di garpu, lalu kemudian menyodorkannya ke depan mulutku.
"Gapapa. Diabisin juga gapapa. Nih."
Aku masih saja cemberut. Lalu menggeleng.
"Gak, gausah. Kamu makan aja." Kataku. Rei berdecak kesal.
"Enggak. Aduh, salah nih aku. Nih, ayo dooong. Boleh koook, boleh banget."
Aku masih menggeleng pelan sambil kembali mengambil satu pangsit goreng. Rei makin tidak enak.
"Ayo dooong? Ak yaa? Ya Al ya?"
"'Boleh?"
"Boleh. Boleh banget. Nih?" kata Rei, kembali mendorong garpu di depanku. Aku akhirnya membuka mulut, tapi sebelumnya masih sempat bicara, "Yaudah, ini karna dipaksa lho ya."
Aku mengunyah, sementara Rei kembali memutar mie dengan garpunya. Aku sudah tidak tahan, dan akhirnya tertawa.
"Aku becanda, Rei, ya ampun. Masa kamu masih panik sih?" kataku. Mie nya memang sudah habis tak bersisa dari mulutku. Tapi, karena aku keburu tertawa padahal baru minum, jadi aku tetap terbatuk kecil.
Rei, yang sepertinya baru menyadari bahwa aku sedari tadi mengerjainya, sekarang menatapku kesal, sambil menggelengkan kepala.
"Tuh kan kualat kan? Ngerjain aku sih." Katanya, sementara aku kembali menarik minumku, batuk sesekali, tetapi juga tertawa.
"Kamu panik beneran ih, aku jadi ga enak." Kataku, setelah batukku selesai.
"Ya emang harus ga enak. Ngerjain orang aja kamu tuh." Katanya, kini menarik mangkuk mie nya mendekat, dan melanjutkan makan. Aku kembali tertawa.
"Ih mangkoknya langsung diposesifin." Kataku, sementara Rei mendelik ke arahku. Aku kembali tertawa.
"Yaudah yaudah maaf." Kataku, sementara Rei menggeleng.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alleindra
RomansaDulu, seorang wanita datang ke Al dan mengatakan bahwa dia hamil, anak Rei. Itu membuat dia putus dengan Rei, dan membuatnya tidak berhubungan dengan pria manapun selama 5 tahun lebih. Sampai kemudian Bas datang. Sekarang, seorang wanita datang ke...