Hicran (adj.)
A deep feeling of sorrow and grief that comes from being separated with one's beloved
[TURKISH]
-----
[Al's POV]
Aku sudah menutup tasku, dan meletakkannya di atas koper yang juga sudah rapi, di sebelah pintu. Aku kemudian mengedarkan pandanganku ke ruangan ini, ke kamar ini. Kamar yang sudah ku tempati selama beberapa minggu ini. Kamar yang sudah menjadi saksi kegilaanku beberapa hari terakhir, setelah pertemuanku dengan Rei.Sepulang dari warung Biring beberapa hari lalu, aku langsung masuk ke kamar. Untungnya di bawah sedang ramai dan Bi Uda sangat sibuk, jadi dia tidak terlalu memperhatikanku, apalagi menanyaiku. Aku pulang dan langsung ke kamar, pura-pura tidur, sampai Bi Uda memanggilku sekitar jam setengah 8 malam, dan bahkan mengecekku ke kamar sekitar 10 menit kemudian. Untung posisiku masih membelakangi pintu dan mengenakan selimut, serta langsung menutup mataku ketika mendengar ketukan dan suara Bi Uda di balik pintu sebelum dia masuk. Dan sepertinya dia percaya aku sedang tidur, karena dia hanya mengecekku, dan bahkan tidak mencoba membangunkanku. Lalu dia keluar dari kamar.
Padahal setelah ditinggalnya, aku kembali membuka mata. Dan kepalaku kembali penuh. Penuh dengan semua pengakuan Rei.
Yang berakhir dengan aku menangis. Jangan tanya kenapa, karena aku juga tidak tahu. Aku hanya merasa sangat sedih, dan ingin menangis, dan kemudian malah benar-benar jatuh tertidur.
Paginya aku terbangun cukup cepat, masih jam 6 kurang, dan rumah masih sepi. Cepat-cepat aku mencuci wajah agar tidak ketahuan menangis tadi malam, dan kemudian kembali ke kamar, dan mengecek ponselku.
Untuk kemudian menemukan pesan dari Rei.
Aku gatau hrs apa, Al. Tapi yg jelas aku msh blm merasa cukup mengatakan maaf ke kamu. I'm sorry. For everything, really. I really am.
Aku memandang ponselku nanar. Aku sudah mengatakan kepadanya kemarin, bahwa pertemuan ini tidak berarti apapun. Mungkin Tuhan hanya ingin kami kembali bertemu untuk menyelesaikan masalah yang belum tuntas. Cerita itu. Selanjutnya, dia tidak perlu menghubungi lagi, dan aku akan kembali ke Jakarta, sementara dia, entah dia melakukan apa. Lalu aku meninggalkannya di warung Biring.
Dan, ketika aku masih memandang pesan dari Rei, sebuah panggilan masuk. Bas.
Aku benar-benar tidak ingin bicara padanya sekarang. Apalagi sekarang.
Lagipula, dia masih di Singapura, dan berarti ini masih sekitar jam 7 di sana. Dia memang terbiasa bangun pagi, tapi dia tahu aku baru memulai hariku di jam 7 pagi setiap harinya. Yang berarti, sekitar jam 8 di Singapura harusnya.
Aku membiarkan panggilan tersebut hingga berhenti dengan sendirinya. Untungnya aku memang masih berada pada mode getar, sehingga suaranya tidak akan mengganggu, apalagi membangunkan seisi rumah. Dan walaupun panggilan tersebut sudah hilang, kepalaku malah memikirkan Bas.
Bas dan selingkuhannya. Yang datang padaku dan mengatakan dia sedang hamil anak Bas.
Bagaimana mungkintakdir bisa memainkan hidupku sedemikian rupa?
===
[Rei's POV]
Aku masih ingat bagaimana reaksi Al ketika aku selesai bercerita.
Dia menatapku dalam diam. Aku tidak benar-benar bisa membaca raut wajahnya. Sepanjang aku bercerita, aku bisa melihat beberapa kali dia menaikkan alisnya, atau mengerutkan keningnya, atau hanya diam mendengarkan, atau membuang muka ke arah lain – itu apabila aku terlalu lama memandanginya sambil bercerita. Tapi, setelah aku bercerita, wajah itu sangat sulit ditebak maknanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alleindra
RomanceDulu, seorang wanita datang ke Al dan mengatakan bahwa dia hamil, anak Rei. Itu membuat dia putus dengan Rei, dan membuatnya tidak berhubungan dengan pria manapun selama 5 tahun lebih. Sampai kemudian Bas datang. Sekarang, seorang wanita datang ke...