Cacoethes (n.):
An urge to do something you shall not be doing or inadvisable.
[GREEK]
-----
[ Rei's POV ]
Al kembali di depanku dan kemudian duduk sambil menarik ponselnya. Dia meng-unlock dan, pasti langsung bisa melihat bahwa ada panggilan tak terjawab dari pria itu.
Aku sebenarnya sudah mempersiapkan jawaban kalau Al bertanya – entah apapun itu – terkait ponsel atau telpon itu, tapi dia tidak bertanya.
Well, dia bertanya sih. Tapi, bukan "Tadi hape aku bunyi?" seperti yang ku kira akan ditanyakannya.
"Kamu tinggal di mana sih Rei?" adalah justru pertanyaannya. Aku sampai mengerjapkan mataku, berpikir aku salah dengar.
"Kenapa Al?"
"Iya. Kamu di Jakarta sekarang ngekos? Dimana?"
"Iya ngekos. Aku sebenernya juga di Jakarta cuma sebulanan. Yaaah, dua bulan mungkin. Film aku lulus seleksi gitu, dan mesti disini untuk pembuatan VT, promosi, sampai nanti penjurian final dan pengumuman pemenang. Sembari nunggu itu, aku ikut kegiatan yang ada aja. Ikut acara tadi, sebenernya karna salah satu temen aku di acara lomba film itu. Dia bikin film tentang start up trus aku emang tertarik soal start up gitu."
Al terlihat mendengarkan, dan mengangguk-ngangguk.
"Oh ya?"
"Iya. Aku sebenernya kepikiran pengen bikin aplikasi buat kayak bantuin pengungsi di Gunung Sinabung. Sebenernya lebih ke konsep kayak ngumpulin relawannya juga, karena kadang disana banyak sumbangan tapi pembagiannya gak sesuai. Atau banyak sumbangan, relawan kurang. Atau ya penumpukan sumbangan – atau pun relawan – gak merata aja di semua daerah yang kena dampak bencana. Tapi, apps nya juga bisa sekalian buat dapat dana sumbangan gitu. Mungkin aku bisa kerjasama dengan yayasan sosial yang udah gede juga."
Al mendengarkan ceritaku yang penuh semangat, dan aku menyadari dia tersenyum.
"Terus?" tanyanya.
"Ya gak ada terusnya. Itu masih konsep aja, pengennya aku. Tapi kan aku lulusan S1 nya ekonomi, trus malah S2 film. Gak ngerti juga soal bikin aplikasi atau semacamnya. Plus ga punya kenalan anak IT. Udah gitu dari yang aku ikuti tadi, kayaknya bikin start up itu susah. Belum lagi ngelolanya. Belum lagi nyari dana dari investornya."
Al sekali lagi tersenyum, dan juga mengangguk.
"Terus?" tanyanya lagi, tapi aku menaikkan alis.
"Gak ada terusannya, Al." kataku, sambil tertawa.
"Ya terus, kamu buang gitu aja idenya?" tanyanya kemudian. Aku hanya mengendikkan bahu.
"Aku ikut acara kamu karna diajakin temen aku itu, Christ namanya. Dia sih, karna bikin film soal struggling start up, katanya punya ide juga mau bikin start up. Tapi dia ga cerita sih start up nya apaan. Cuma, pas tadi aku bilang aku kenal kamu, Christ kayak semangat gitu, dan bahkan minta dikenalin ke kamu dan orang VC kalau bisa." Kataku jujur. Kali ini, ganti Al yang mengangkat alisnya.
"Kamu bilang kamu kenal aku?"
"Ya well, bukan bilang. Jadi, pas kamu naik panggung dan jadi narasumbernya, aku kayak kaget gitu, dan bahkan sampe keceplosan nyebut nama kamu, sebelum si moderatornya nyebut nama kamu. Makanya akhirnya mereka nanya kok aku bisa tau nama kamu. Gitu."
Al hanya mengangguk-angguk.
"Trus kamu bilang kenal sama aku? Kenal doang?"
"Ya mau bilang mantan pacar, tapi gak enak."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alleindra
RomanceDulu, seorang wanita datang ke Al dan mengatakan bahwa dia hamil, anak Rei. Itu membuat dia putus dengan Rei, dan membuatnya tidak berhubungan dengan pria manapun selama 5 tahun lebih. Sampai kemudian Bas datang. Sekarang, seorang wanita datang ke...