BAB 12 Sela Penasaran

272 22 2
                                    

Q: "Kalo tiba-tiba Aksel belajar suka sama cewek menurut lo gimana?"

Sela: "Gak usah banyak gaya! lo terlahir gak normal"

—A K S E L A—

Kebiasaan buruk Aksel adalah sengaja menjemput Sela telat belasan menit. Sampai bosen Sela mengomeli cowok itu. Jika dia pulang duluan pasti Aksel akan ceramah perihal kakak yang peduli dengan keselamatan adiknya padahal Sela sama sekali tidak peduli.

Gara-gara sering dijemput Aksel, privasi Sela jadi terganggu. Tadinya bisa mampir ke tempat tongkrongan tapi sekarang tidak bisa karena Aksel langsung membawa Sela ke rumahnya. Jika mengantar Sela ke depan rumah mamanya pasti cewek itu akan kabur-kaburan dan berakhir Aksel juga yang khawatir.

Melihat mobil hitam kinclong yang berhenti di depannya Sela pun menarik pintu mobil lalu masuk ke dalam. Seolah pemilik mobil, ia menyalakan ac full kemudian memutar lagu yang di disambungkan dari smartpohonenya

Cowok berkaos hitam yang duduk di kursi kemudi cuma memerhatikan tingkah Sela tanpa banyak bicara. 

"Pake seat belt-nya." tegur Aksel. 

"Udah ayo jalan." ucap Sela yang sedang memainkan ponsel. 

"Nanti kalo tiba-tiba mati lo nyalahin gua." 

"Iya, iya." 

Sela memakai seat belt sesuai dengan perintah Aksel. Setelah itu ia kembali menatap benda bercase hitam pekat seperti semua koleksi kaos Aksel. Entah kenapa Sela jadi suka warna hitam. Menurutnya warna hitam membuat seseorang jadi cool dan gagah. Tapi Aksel tidak termasuk orang yang Sela maksud. 

Aksel pun melanjukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Selama di perjalanan ia tidak bicara sama sekali begitu juga dengan Sela. Kalau Sela lebih tepatnya tidak mengobrol, sebab anak itu dari tadi mengoceh tidak jelas dengan ponselnya sampai Aksel dibuat tersenyum kecil olehnya. 

"Sialan ni anak." umpat Sela. 

Bukan pertama kalinya Sela bicara kasar di depan Aksel padahal sudah berkali-kali di tegur. Semua orang juga tau Sela tidak pernah mendengarkan teguran dari orang lain. 

"Ac kecilin Sel, dingin." pinta Aksel. 

"Gak ah! panas nih." balas Sela dengan nada tinggi. 

Tanpa banyak bicara Aksel langsung mengecilkan ac mobilnya. Tidak diizinkan Sela yasudah, lagipula ini mobilnya. 

"Bisa gak sih tangannya gak usah jahil?" omel Sela dengan pandangan menatap ke layar ponsel. 

"Berisik lo!" 

Sela menatap Aksel dengan kesal. Walaupun ini mobil ini milik Aksel, tapi Sela punya hak asasi manusia untuk melakukan apa yang ia inginkan. 

"Bisak gak sih gak usah gangguin gue? rese lo!" 

"Besok balik sendiri sana." 

"Dari kemaren juga begitu. Lo aja yang maksa mau jemput gue." 

"Ngajak ribut ni anak." gumam Aksel dengan pandangan lurus ke depan. 

"Ngomong apa lo barusan?!" 

"Diem aja lo di situ." 

"Dih, siapa elo ngelarang gue ini itu. Abang bukan, pacar bukan." 

"Lama-lama nyolot lo ya!" Aksel jadi kesal. 

"Emang dari dulu kayak gini. Kemana aja lo?" balas Sela, lebih menyolot lagi.

Gara-gara lagu yang terputar di mobilnya Aksel jadi salah fokus. Bagaimana tidak, lagu kolaborasi antara Shawn Mendes dan Camelia Cabello menggema di mobilnya. 

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang