BAB 35 Akhir dari Semua Masalah

211 18 0
                                    

Q: "Apa yang lo harapkan dari pernikahan ini?"

Aksel: "Semoga kita berdua bisa jadi pasangan yang sakinah, mawadah, warohmah. Udah si, gitu aja. Klise, kan?"

—AKSELA—

"Udah kayak gini doang?" Sela tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang.

Dia bingung kenapa orang-orang tampak serius ketika pernikahan berlangsung sementara dia santai-santai saja. Padahal ini pesta pernikahannya.

Sela tidak merasa semangat ataupun sedih. Dia merasa biasa saja meski statusnya kini sudah berganti jadi seorang istri. Mungkin karena perasaannya ke Aksel belum dalam makanya dia bersikap biasa saja. Mereka menikah bukan karena paksaan tapi dari wajah keduanya tidak terlihat ekspresi senang. Malah keluarga besar dan para tamu yang heboh.

Setelah acara ijab qobul, keduanya sibuk bersalaman dengan orang yang datang. Ada juga yang memberi petuah soal kehidupan rumah tangga dan Sela hanya meng-iyakan saja supaya cepat. Rasanya dia mau buru-buru pulang karena gaun berwarna biru dongker ini membuatnya keliatan lebih dewasa padahal Sela menganggap dirinya anak kelas enam sd.

"Sela" sapa cowok yang mana adalah teman satu tongkrongannya. Cowok ini tidak datang sendiri melainkan bersama dengan teman tongkrongan yang lain. Supaya ramai.

"Lu hamidun?" tanya temannya yang cewek.

Belum sempat Sela jawab yang lain malah menyerobot.

"Pantes jarang nongkrong ternyata dia sibuk bereproduksi" balas yang cowok.

"Tapi bapaknya lumayan juga" temannya yang pakai dress pink melirik ke Aksel dan kebetulan mata mereka sempat bertemu.

"Daripada halu mending makan deh sana abis itu pulang! gue pengen buru-buru tidur" ceplos Sela.

"Waduh, agresif banget lu Sel!" sahut temannya yang pakai batik manchaster united.

"Gak gitu woy maksudnya" balas Sela.

Setelah berbincang sebentar, teman-teman Sela akhirnya turun dari pelaminan untuk makan soalnya Sela usir berkali-kali.

"Maaf ya, temen gue emang gitu" Sela mengengir.

"Gak papa santai aja" balas Aksel. Dia tersenyum juga.

Aksel terlihat beda dengan pakaian yang kini dikenakannya. Lelaki itu sungguh berkarisma apalagi dia sesekali tersenyum, membuat Sela rasanya mau peluk karena gemas. Dulu pas awal-awal kenal Aksel dia tidak pernah lihat Aksel sebahagia itu tapi sekarang berbeda. Sela bisa lihat sisi Aksel yang lain selain sikap buruknya.

"Gue kira lo gak seneng sama pernikahan ini" ucapan Sela lantas membuat Aksel menoleh ke arahnya.

"Yakali gua gak seneng, kan yang ngajak nikah, gua" balas Aksel.

"Oh, kirain. Soalnya tadi muka lo kayak gak ada hepi-hepinya jadi penganten"

"Muka emang kayak gini" ekspresi Aksel berubah seperti tadi. Harusnya tidak perlu di bahas lagi soalnya raut wajah Aksel memang seperti itu. Hanya saja Sela butuh kepastian supaya tidak salah kira. Namanya juga cewek.

Kalau tadi teman tongkrongan Sela, sekarang gantian ada rombongan heboh yang naik ke pelaminan untuk menyapa. Siapa lagi kalau bukan squadnya Aksel yang sejak SMA. Teman-temannya itu sekarang sudah glow up makanya perhatian Sela sempat teralihkan karena lima cowok itu gak ada yang jelek.

"Lu nikah mendadak amat sih, untung gua ada waktu luang" kata Rafi.

"Orang mah kasih selamat dulu gitu baru protes" saran Aksel.

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang