BAB 10 Beban dari Tanggung Jawab

285 24 2
                                    

Q: "Kapan main ke rumah Aksel, lagi?"

Sela: "Situ ngelawak? Gak tau ya gue masih trauma?"

A K S E L A—

"Kamu lagi marahan sama Sela?" tanya Mommy.

"Enggak." pandangan Aksel tidak beralih dari layar laptop. Malam ini dia akan bergadang demi tugas yang dekat dengan deadline.

"Kok Sela udah tiga hari gak ke sini?"

Aksel melirik ke samping selama sesaat kemudian kembali fokus dengan tugas.

"Kamu gak ngusir dia, kan?"

"Ya enggak, lah."

"Gadis kecil mommy gak pulang bikin khawatir aja."

Aksel menahan tawa mendengar ucapan mommy barusan. Dengan wajah segalak itu bicara halus malah terdengar aneh. Justru ada bagusnya Sela tidak datang ke rumah ini jadinya tidak ada yang mengacak acak lemarinya ataupun mengajak berbagi kamar. Meski Aksel tidak keberatan dengan urusan berbagi kamar.

Ia meraih ponsel di sebelah laptopnya berniat untuk mengabari teman yang sekelompok dengannya. Malam ini mereka harus mengirim semua tugas itu jika tidak, Aksel pasti tidak mencantumkan nama tersebut. Singkatnya dia adalah ketua.

"Setau mommy, dulu kamu gak serajin ini." wanita berpiyama hitam ini menatap anaknya agak senang.

"Dulu sama sekarang beda." ucapnya seraya mengirim pesan ke grup chat.

"Gak bisa ya minta cariin Sela?"

Sontak Aksel mengalihkan pandangannya jadi ke arah lain. Aksel menghela napas berat mendengar permintaan itu.

"Sibuk, mom."

"Tapi kamu juga khawatir, kan?" Mommy bersandar ke sofa seraya menyilangkan kedua tangannya, masih menatap anak semata wayangnya. "Kamu yang dapet amanat dari ibunya Sela. Kalau mommy sih cuma ngelapor aja keadaan Sela."

"Dia udah gede, udah punya pendapat sendiri jadi gak bisa disetirin terus."

"Yakin sama ucapan kamu?"

Cowok berkaos navy ini meletakkan ponsel ke meja lalu kembali menatap laptop. Aksel benci perdebatan.

"Mommy gak nyangka kamu dapet amanat dari orang lain. Jangan jadiin Sela beban, anggap aja sebagai batu loncatan supaya kamu jadi lebih dewasa. Kamu  di usia kayak dia juga kayak gitu, emang mommy gak tau? Anggap aja lagi hadapin kamu di masa lalu, apa susahnya?"

Tidak ada jawaban ataupun respon bahkan bantahan sedikitpun. Putra yang kadang merangkak jadi putrinya itu sudah pasti pura-pura tidak dengar, padahal menyimak.

Sebagai orang tua Aksel, mommynya tau perkembangan anaknya. Terlebih ketika bersama Sela. Seolah gadis itu adalah tanggung jawab yang harus Aksel jaga meski bersikap seenaknya ke Aksel.

Selain itu, Sela mengisi posisi putri di keluarga kecil ini, makanya tidak ada alasan bagi Aksel untuk tidak menghubunginya. Semoga masalah antara Aksel dan Sela cepat selesai, pikir mommy.

💧💧💧

"Terus?" kata Nancy lalu mengunyah keripik kentang yang pedas.

"Gue malu lah! Masa gue meluk-meluk Aksel, minta Aksel buat nemenin gue tidur, nangis di depan dia sampe eyeliner gue luntur. Dan lo tau apa yang gue tangisin?" Sela meneguk soda sebelum melanjutkan ceritanya. "Gue nangis gara-gara Aksel sering ngomelin gue!"

"Terus masalahnya?"

"Gue malu!"

"Udah gitu pas pagi-pagi gue udah ganti pake baju dia dan," Sela menggantungkan ucapannya. "Gue gak nolak dipeluk dia."

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang