BAB 24 Lamaran

192 20 0
                                    

Q: "Apa lo akan datang di acara itu?"

Sela: "Bentar ya, gue mikir dulu."

—AKSELA—

Asap yang keluar ketika kulkas dibuka terasa dingin di wajahnya. Ia mengambil sebotol air dingin lalu meraih gelas yang ada di atas meja dapur. Baru saja bangun tidur tapi Sela sudah emosi. Sela memijat pelan pelipisnya karena merasa tiba-tiba pening. 

Ia meneguk air lagi sambil memikirkan mimpi buruknya semalam. Sela mengusap kepala karena tidak habis pikir dengan jalan otaknya. Mungkin dia pening karena memikirkan mimpi yang masih teringat jelas. Pikirannya terlalu liar hingga tidak sanggup lagi rasanya. Sela pikir dia sudah gila. 

Supaya pikirannya teralihkan ia berniat untuk membuat sarapan untuknya agar ia berpikir jernih. Sudah minum air dingin biar jernih tapi pikirannya masih kotor. 

Sesudah menyiapkan bahan-bahan ia pun memulai aksinya. Pertama-tama ia memotong timun jepang. Setelah itu ia letakkan beberapa potong timun tersebut ke atas dua roti yang kemudian diberi mayones lalu di atasnya diletakkan daging cincang dan satu butir telur untuk setiap roti. Di lapisan paling atas diletakannya selembar keju mozarela. Setelah itu, ia masak di dalam air fryer. 

Sembari menunggu rotinya matang, Sela membuat smoothie zucchini yang dicampur dengan madu. Sehat sekali makanan yang akan dia konsumsi. Kadang Sela seniat ini kadang cuma makan granola dicampur susu untuk sarapan. 

Setelah dengar alarm dari air fryer ia pun mematikan benda berwarna hitam itu lalu dia letakkan dua roti itu ke atas piring. Karena makanan sudah jadi ia bergegas ke meja makan dan duduk menghadap ke luar. Ah iya, semalam Sela lupa menutup gorden jadi dia bisa lihat kondisi langit pagi ini yang mendung. 

Lagi asik makan tiba-tiba Sela terdiam melihat sesosok tinggi yang bangit dari sofa. Ternyata Aksel tidak pulang. Dengan muka bantal dan rambut yang berantakan seperti hidup Sela, cowok itu menghampirinya. Aksel menarik bangku yang ada di depan Sela lalu mengambil satu roti yang masih utuh seperti yang tidak punya dosa. 

Tidak ada basa-basi dia langsung makan roti isi itu. 

"Nikah yuk!" 

Ucapan itu masih terngiang-ngiang di kepalanya sampai Sela tidak berkedip menatap Aksel. Wajah Aksel yang teduh seperti soft boy membuat Sela ingin memuji dia setiap saat. Sela sadar dia sudah gila tapi ia tidak ingin terlihat gila. 

Sela berdeham sebelum bicara. "Gue kira semalem lo pulang." ucapnya lalu meneguk smoothie. 

"Gua ketiduran gara-gara dengerin mas lu ngoceh." jawab Aksel. 

"Dia juga belom pulang?" 

"Belom." 

"Pantes lo tidur di sofa." 

"Ya masa gua tidur sama Lutfi. Nanti dikira homo lagi." Aksel makan potongan terakhir roti yang dia makan. 

"Lusa gua wisuda." lanjut Aksel.

"Terus?" Sela menatap Aksel sambil makan roti. 

"Mommy nyuruh lo dateng!" 

"Mau gua bawain apa? bunga? cokelat?" 

"Ribet amat lu segala bawa ini itu. Udah dateng aja." 

Tiba-tiba terlintas sesuatu yang menarik di kepala Sela. Ia meletakkan roti yang ia pegang ke piring lalu mencondongkan ke depan tubuhnya. 

"Denger-denger pas wisuda suka ada pasangan yang lamaran. Di wisuda lo juga ada?" Sela bertanya antusias. 

Aksel tidak langsung menjawab ucapan Sela. 

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang