BAB 7 Diciduk Lagi!

283 24 0
                                    

Q: "Lo sedih, gak, pas liat Sela nangis?"

Aksel: "Enggak tuh, selagi nangisnya bukan gara-gara gua."

A K S E L A

Keadaan seorang Misela ketika berangkat sekolah selalu lesu tanpa gairah hidup. Dia duduk di kursinya kemudian memiringkan kepala di atas meja dengan tangan kiri sebagai tumpuan. Hampir saja namanya dicatat karena telat. Pagi ini ia diselamatkan oleh keahliannya yang bisa memanjat tembok belakang sekolah. 

Sejak berangkat sekolah, Sela kesal pada Aksel yang tidak membangunkannya sementara cowok itu pergi lebih dulu. Selain itu mommy lupa kalau Sela menginap. Pagi yang cukup kacau. 

"Kantin kuy!" ajak Tania yang baru datang juga. Pasti dia melakukan cara yang sama dengan Sela, sebab mereka yang mencari jalan itu bersama.  "Sial banget pake ketemu Nancy segala" 

Sela menegakkan tubuhnya seraya mengulet. "Ribut?" 

"Cuma minta maaf doang." dia duduk di sebelah Sela. "Temen lo emang tau cara yang lebih nyakitin daripada ditonjok." 

"Mending ditonjok ya, sakitnya cepet ilang." 

"Sial banget pokoknya. Mana di depan anak anak sini, gua yakin si Nancy sengaja." 

"Makanya gak usah malak lagi."

"Halah kayak gak pernah aja. Cabut ah, jamkos." 

Sela menatap jam tangannya secara reflek. "Tau dari mana lo?" 

"Pak Nurdin kan jarang masuk." 

"Oh iya. Ayok lah, gua laper." 

"Btw Sel," Tania menganggantungkan ucapannya. Dia melirik ke arah jendela kelas. Otomatis Sela menatap ke mana arah mata Tania lihat. 

"Si bangsat ngapain ke sini." gumam Sela. 

"Lo gak nangis lagi kan pas liat dia?" Tania meledeknya. 

"Ya enggak lah!" bantah Sela secara tegas. 

"Sela." panggil mantan tergantengnya dari pintu kelas disertai lambaian tangan. 

"Ahelah." 

"Samperin sana." 

"Gak ada istilahnya gue nyamper-nyamperin cowok!" 

"Terus, Aksel?" 

"Beda lagi itumah." 

"Oh, jadi lo ada sesuatu sama dia." 

"Gak usah di lebih lebihin."

"Gimana ya, pipi lo merah setiap bahas Aksel. Gue sih gak niat ngelebih-lebihin." Tania menggoda Sela. 

Sontak Sela memegang kedua pipinya untuk menutupi kemerahan yang Tania bicarakan. Sela mengarahkan ponsel ke wajah untuk memastikan apa Tania berbohong atau tidak. Dia dibuat kaget dengan apa yang saat ini dilihat dari fitur kamera. Tubuhnya jadi membatu. 

"Semoga di depan Aksel muka lo gak semerah ini." 

"Diem lo!" 

Mereka berdua mengabaikan orang yang salah paham dengan tingkah mereka yang mengira akan hal lain. Adam yakin Sela masih menyukainya lewat wajah Sela sekarang. Tepatnya ketika dipanggil namanya. Sayang sekali bukan seperti itu faktanya. 

💧💧💧

"Gua gak bermaksud kayak gitu, maaf." ucap Haris disertai rasa bersalah. 

"Gue gak ngerti lo minta maaf buat apa." jawab Sela dengan dingin. 

"Maafin mama karena selalu ngebela gua." 

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang