BAB 19 Perasaan Aksel

240 19 2
                                    

Q: "Banyak cewek baik yang suka sama lo kenapa pilih cewek yang buruk?"

Aksel: "Dia gak buruk, justru itu daya tariknya"

—AKSELA—

Sudah lama sekali Sela tidak mengunjungi rumah terakhir papanya. Jika ada masalah Sela selalu bicara dalam hati seolah bicara dengan papa jadi tidak perlu sampai datang ke makam. Kali ini beda soalnya Sela habis menonton video dari tante Jisu.

Awalnya susah menemukan makam itu tapi akhirnya dia berhasil. Dari posisinya berdiri ia melihat seorang pria muda yang berjongkok di sebelah makam papanya. Mungkin salah satu dari keluarga besar papanya yang datang.

Sela berjalan pelan ke makam papanya sambil membawa bunga serta air mawar. Langit yang teduh seolah mengizinkannya untuk berlama-lama di sini.

Ketika pria berkemeja hitam itu bangkit Sela reflek menghentikan langkah. Dahinya menyernyit karena bingung.

Pria itu juga kelihatannya bingung dan kaget di waktu yang bersamaan. Keduanya terdiam selama beberapa detik. Rasa canggung membuat si pria melangkah pergi tanpa bicara.

"Ngapain ke sini?" Tanya Sela yang membuat si pria berhenti.

"Kok gak jawab?"

"Hai Sela." sapa seseorang dari samping yang suaranya familiar.

Lutfi menghampiri temannya yang kini mengepal satu tangan disertai ekspresi judes. Dengan santainya dia memegang bahu temannya sambil bilang, "Gua yang ngajak dia."

"Buat?"

"Gua mau ngadu ke om, lo gak pernah maen ke rumah gua lagi."

Sela menghela napas. "Kenapa harus Aksel?"

Aksel pun berbalik. "Emangnya gua kenapa?"

"Kok lo ninggalin dia sendiri?" Sela bertanya ke Lutfi.

"Lagian makam orang tua bukannya urusin. Minimal bersihin kek, kasih bunga biar wangi." balas Lutfi. "Dia yang bersihin makam papa lo."

"Serius?" Sela tidak yakin.

"Ayo lah cabut." ajak Aksel.

"Kok muka lu merah si njing?" Lutfi tiba-tiba ngegas.

"Panas lah bego lu ninggalin gua sendirian."

"Adem begini panas dari mana? Sinting lo ya?" Kata Sela lalu berbalik.

Setelah Sela berjongkok di sisi makam papanya Lutfi baru bertanya.

"Lo ngapain nanya makam papanya Sela?"

"Cuma penasaran." dia kembali melangkah.

"Ngapain njir penasaran ama papanya Sela. Segala bawa bunga."

"Harus banget nih ngasih tau?" Aksel menatap Lutfi tajam.

🧳🧳🧳

"Lo lucu ya." ucap Rica.

Sela meletakkan gelas ke atas meja. "Apanya yang lucu?"

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang