BAB 33 Sudut Pandang Tentang Pernikahan

95 13 0
                                    

Q: "Pas Sela udah kasih tau jawabannya, gimana perasaan lo?"

Aksel: "Gak tau, bingung." 

—AKSELA—

Sebagai tamu yang baru datang ke apartemen besar ini membuat Daisy terkagum-kagum akan desain interiornya. Di dalam unit ini tidak begitu banyak barang dan mengusung tema open space makanya tempat ini terasa luas. Dia tidak henti-hentinya memandangi setiap sudut ruangan saking kagumnya. 

Maklum saja dia bukan berasal dari keluarga kaya raya. 

"Mau aja lo dikacungin sama dia." ucap Sela ke Nancy yang membawakan sebuah koper kuning milik Daisy, yaitu adiknya. 

"Emang kurang ajar itu anak. Gue capek-capek pulang dari luar negeri bukannya disambut malah gua yang disuruh bawain koper dia." cerocos Nancy. 

"Wah" Daisy menghempas tubuhnya di atas sofa yang nyaman. Matanya tertuju ke gedung yang ada di sekeliling apartemen ini sebab arah sofa pada saat itu menghadap ke luar. 

"Kalo kontrakan gue kayak gini pasti gua betah di rumah." ucap Daisy. 

"Bener, ya! selama di sini awas aja lu kelayapan." Nancy memperingati. 

"Lah, orang gua cuma bilang betah doang bukan berarti gak kelayapan." balas Daisy. "Lagian kalo kelayapan juga gua gak punya duit buat jajan. Masa gua ngamen dari pintu ke pintu gak keren amat." lanjutnya. 

"Udah pada makan, belom? kalo belom ambil aja sendiri di kulkas" ucap Sela sembari berjalan ke arah sofa dengan satu teko minuman dingin. Sementara Nancy membawakan gelas untuk mereka bertiga. 

Mereka meletakkan barang bawaan ke atas meja yang ada di depan sofa. 

"Silahkan diminum kanjeng ratu." ucap Sela ke Daisy. 

"Ka, gua tinggal di sini aja ya, gak mau di kosan sempit. Mana sekamar bertiga gak ada privasinya banget." keluh Daisy. 

"Makanya lu sekolah abis itu cari duit yang banyak biar bisa keluar dari kontrakkan!" ucap Sela. 

Nancy pun menuang minuman ke gelas secara satu-persatu. "Capek gue nyuruh dia sekolah susah banget kek nyuruh orang tobat." 

"Capek ah sekolah." ucap Daisy lalu meneguk air yang kakaknya tuangkan. 

"Lu punya masalah atau gimana?" Sela menatap Daisy serius. "Gak mungkin alesan lu capek doang gua juga pernah sekolah." 

"Gua males aja." ucap Daisy.

"Ada yang ngisengin elo, kan? atau elo yang bikin masalah?" 

Seketika Daisy terbatuk-batuk kecil mendengar pertanyaan Sela yang selanjutnya. 

"Nah, gua bilang juga apa." ucap Sela sembari meraih gelas yang berisi sirup leci.

"Kalo lu sekolah nanti gue bolehin tinggal di sini sekaligus gue kasih uang jajan." ucap Sela. 

Daisy pun menunduk dengan bibir cemberut. "Nama gua udah jelek." 

"Pesantrenin aja udah." saran Sela. 

Nancy pun menghela napas. "Gue tau lo ada masalah yang bikin lo males sekolah tapi sekolah aja. Gua pernah ada di posisi itu walaupun susah ya jalanin aja. Apa perlu kita pindah ke luar kota biar lo mau sekolah?" kali ini Nancy tidak galak seperti biasanya. Dia bicara selembut mungkin supaya adiknya yang titisan dakjal itu paham. 

"Gak keluar kota juga kali." ucap Daisy. "Gua tuh mau keren kayak lu sama kak Lucy tapi malah kebablasan." 

"Keren juga enggak." ceplos Sela lalu meneguk minumannya. 

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang