BAB 14 Cabut

200 15 0
                                    

Q: "Gimana perasaan lo sekarang?"

Sela: "Of course better than yesterday. Berkat seseorang. "

— AKSELA —

Sepulang sekolah Sela menyempatkan diri untuk menyapa mumpung mamanya sedang menonton tv di ruang keluarga. Ada yang ingin ia bicarakan.

Sela meletakkan tasnya di bawah sementara ia duduk di sofa. "Ma, Sela mau ngomong." ucapnya dengan nada bicara rendah.

Pandangan mamanya tidak beralih dari tv besar yang tengah menanyangkan acara memasak. "Ngomong apa?"

"Di rumah ini ada kamar lagi, gak? Barang-barang Sela mau pindahin ke situ aja soalnya kan kamar Sela udah dipake sama bang Haris."

"Ada di lantai dua."

"Lagian emang harus banget ya kamar Sela yang dipake? Bang Haris kan kamarnya lega lagian buat apa pake dua kamar?"

"Biarin aja."

"Mah," ucap Sela. "Sela juga anak mamah."

Mamanya pun menoleh. "Udah ya gak usah ributin yang gak penting." tegasnya lalu kembali menonton.

Sela berdecak sebal. Dia kira jika sedikit lebih sopan mamanya akan mendengar tapi sama saja.

"Lagian kamu lebih seneng tidur di luar, kan? Udah lah."

"Mama lebih sayang abang karena sekarang kita numpang di rumah mereka? Atau mama ngerasa bersalah nikah lagi sama papa terus balik sama papanya bang Haris? Jelasin dong ma biar Sela ngerti."

"Mama ngerasa bersalah sama abang kamu, itu alasannya."

"Oh gitu, makasih udah luangin waktunya." ucap Sela serius. "Mulai hari ini Sela izin mau tinggal sendiri."

Mamanya tersenyum miring mendengar ucapan konyol putrinya barusan. "Kamu punya tempat tinggal? Punya uang buat bertahan hidup? Atau mau numpang di rumah Aksel?"

"Walaupun Sela ada niatan mau tinggal di sana, tapi rumah itu gak ada di list Sela. Maaf ya selama ini Sela nyusahin." sebelum bangkit ia meraih tas sekolahnya kemudian melangkah ke lantai dua tempat di mana barang-barangnya berada.

Sela benar-benar yakin akan keputusannya untuk keluar dari rantai ini. Mau diizinkan atau tidak Sela tetap keluar. Lagipula apa pedulinya di sini jika tidak ada yang berusaha menarik perhatiannya.

Sela pastikan kali ini dia bukan kabur-kaburan lalu balik lagi seperti biasanya. Dia sudah merencakanan ini sejak lama dan baru merealisasikannya sekarang.

Mamanya juga lebih memedulikan anak pertamanya dan membuat Sela seolah jadi anak yang tidak diinginkan. Sejak papanya meninggal, mamanya terlihat begitu senang namun ketika tau harta papanya Sela cuma sedikit dia kembali ke mantan suaminya dan tentunya anak kesayangannya.

Jauh sebelum papanya meninggal Sela memang tidak dekat dengan mamanya. Papanya berpesan untuk tidak memberitaukan rahasia di antara dia dan papanya. Bermodalkan uang yang papanya tinggalkan untuk Sela, dia rasa cukup untuk menyambung hidup sekitar dua sampai tiga tahun ke depan.

Kunci yang ada di saku jas Sela juga dari papanya. Papanya bilang itu kunci apartemen, namun ia belum pernah mendatangi apartemen itu. Bahkan alamatnya saja sudah lupa. Masalah tempat tinggal bukan masalah yang harus Sela pusingkan sebab temannya banyak.

Saat ini ia ingin keluar dulu dari rumah ini lalu menghirup udara kebebasan. Termasuk masalah lebih berat yang akan ia hadapi selanjutnya.

🧳🧳🧳

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang