BAB 30 Tidak Terduga

157 16 0
                                    

Q: "Apa lo menyesal sama keputusan yang udah lo ambil?"

Sela: "Sejujurnya iya"

—AKSELA—

Sela meletakkan gelas ke atas meja kemudian menatap ponselnya yang menyandar di teko.

"Padahal udah gue kasih kesempatan tapi gak di gunain sama si anjing itu" Sela mengomel ke orang yang sedang melakukan panggilan video bersamanya. "Udah tiga hari gak ngabarin gue! sibuk banget kayaknya" 

Dari layar ponsel terlihat ekspresi Nancy yang agak kebingungan. "Ya... terus?" 

"Gak sesuai banget ucapan sama tingkahnya! untung gue gak berharap banyak. Gak serius ya gue tinggalin. Dia gak tau gue siapa" ucap Sela lalu menyuap sesendok cereal dengan kesal. 

Bangun tidur bawaannya mau marah-marah makanya dia langsung menghubungi Nancy untuk melampiaskan perasaannya. Untung Nancy sedang tidak sibuk jadi Sela tidak perlu mendatangi orang yang membuatnya marah sekaligus melampiaskan kekesalannya pada orang itu. Kan gak lucu. Kesannya Sela menunggu kabar padahal faktanya memang begitu. 

Sela menunggu kabar bukan karena ada perasaan khusus melainkan ingin melihat kesungguhan seseorang apakah ucapannya bisa dibuktikan atau sekadar omong kosong. Bukan hal yang sulit bagi Sela untuk menarik ucapannya jika Aksel tidak membuktikan perkataannya. Pernikahan bukan sesuatu yang spesial baginya apalagi jika dilakukan dengan orang yang tidak ia sukai. 

"Gue bukan anak baru lulus yang ngebet nikah sama cowok ganteng yang tajir. Toh, gue juga gak miskin" ucap Sela ke Nancy. "Syarat gak terpenuhi ya gue out" 

"Kali ini gue setuju sama cara berpikir lo" ucap Nancy. "Abis dari Aussie jadi lurus otak lu" 

"Gue ragu nikah sama dia apalagi banyak rumor yang gak enak. Dia juga bukan tipe gue tapi gak terlalu buruk juga" Sela meraih gelasnya kemudian meneguk sedikit untuk membasahi tenggorokannya. 

"Gue juga denger rumor tentang Aksel. Emang bukan anak baik-baik dari tampangnya juga keliatan. Banyak yang bilang dia belok tapi cewek-cewek tetep banyak yang naksir" 

"Kalo yang itu gue gak peduli" Sela menghela napas. "Denger-denger, Aksel kasar apalagi ke cewek. Gue gak bisa hidup sama orang yang kasar" 

"Oh, gue juga denger yang itu. Kalo itu bukan rumor tapi fakta" 

"Ngomong-ngomong, lo tau dari mana?" 

"Udah berapa tahun lu main sama gua? masih gak tau gua ini orang dalem?" 

Sela menyengir lebar. "Kalo dari temen kan gak mungkin. Lo aja banyak yang benci"

"Walaupun banyak haters tapi gue temenan sama orang penting. Masalah informasi mah gampang" 

"Iya deh, gue percaya sama lo" Sela terdiam sesaat karena berusaha mencerna ucapan Nancy barusan. Kayaknya ada yang janggal. "Tunggu deh, kalo lu tau dia kasar kenapa lu ngedukung Aksel?" 

"Ngedukung gimana?" 

"Kemarin-kemarin lo dukung Aksel" Sela menunjuk ke ponsel. "Ngaku lo njing! wah, kayaknya lu berdua satu kubu. Gak nyangka gua" 

"Gue cuma ngomong dukung yang terbaik bukan dukung Aksel. Gak usah nyari-nyari kesalahan orang" balas Nancy tidak mau kalah. "Lagian nih ya, Aksel terlalu keren buat lo!"

Sela pun berdecak. "Gak kebalik tuh?" 

"Sekeren-kerennya orang tetep aja gak guna kalo akhlaknya minus" 

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang