BAB 16 Gebetan Baru Sela

188 14 0
                                    

Q: "Walaupun udah punya tempat yang nyaman apa lo bakal tetap tidur di kamar Aksel?"

Sela: "Gak tau sih gak mikirin juga. Penting amat"

—AKSELA—

Kelelahan yang ia alami membuatnya langsung rebahan di atas sofa kemudian memejamkan mata. Lengannya ditempelkan ke dahi supaya sinar dari lampu tidak membuatnya silau. Menjadi manusia ternyata melelahkan.

Sebelum lanjut menyelesaikan tugas niatnya Aksel ingin istirahat dulu karena hari ini hari yang cukup berat baginya. Tujuan Aksel adalah lulus kuliah tepat waktu jadi tidak ada waktu untuk malas-malasan. Jika mengikuti bisikan keenam setan mungkin ia akan santai juga dan belum mengerjakan skirpsinya. Siapa sangka Aksel jadi yang paling rajin mengalahkan besti kentalnya, Lutfi. Dunia perkuliahan mengubah pola pikirnya.

Ada yang ingin ia lakukan setelah menyelesaikan pendidikan strata satu. Dia harus lanjut ke program profesi sekaligus menafkahi anak orang. Dia ingin menikahi seseorang dan sudah memikirkan juga konsekuensinya.

Terlalu banyak berpikir jadinya Aksel tidak bisa istirahat dengan tenang. Aksel merilekskan tubuh dan membuang semua masalahnya sejenak supaya bisa tidur.

"Mommy!!!!" Seruan Sela yang baru tiba terdengar kencang hingga Aksel menutup sebelah telinganya.

"Aw."

Kakinya tersandung tas hitam yang ada di lantai. Matanya pun tertuju ke cowok yang kelihatannya tertidur di sofa.

"Ini siapa sih yang iseng naro tas di sini?" Omelnya.

"Gua." jawab Aksel dengan lesu.

Yang tadinya ingin ke kamar mommy ia mengurungkan niatnya. Karena masih punya hati nurani ia menghampiri Aksel lalu duduk di sofa sebelahnya. Pantas Sela sudah jarang bertemu Aksel ternyata kacungnya itu menyibukkan diri.

"Mommy masih di kantor." ucap Aksel.

Suaranya yang parau pastinya membuat Sela sedikit iba. Hanya sedikit. Sepertinya tubuh ceking yang renta itu akan sakit. Prediksinya sih begitu.

"Udah makan?" Tanya Sela.

Tidak ada jawaban dari Aksel.

"Yaudah kalo belom nanti gue bikin sesuatu buat lo tapi dimakan, ya! Gue tau lo belum makan." ucap Sela.

Ia meletakkan tas di sofa sebelum pergi ke dapur. Seketika pandangannya tertuju ke box kecil yang ada di atas meja kaca itu. Sela tau itu adalah tempat yang digunakan untuk perhiasan.

Tanpa banyak pikir tangannya meraih kotak itu lalu membukanya. Sela terbelalak melihat isinya. Ada dua pasang cincin gagah yang sepertinya akan digunakan untuk pertunangan. Dia pun menoleh ke Aksel dengan tatapan jahil.

"Gue pinjem satu boleh kali ya." gumam Sela.

"Taro!"

Sela terkejut karena suara Aksel kembali.

"Taro gak! Gak usah dipegang-pegang!" perintah Aksel dengan mata terpejam.

"Pinjem sih lucu tau."

"Gua masih minta baik-baik nih."

"Iya ini di taro."

Sela kembali duduk setelah meletakkan benda itu. Dia tidak jadi memasak untuk Aksel gara-gara tidak boleh meminjam salah satu cincin itu. Aksel pelit.

"Punya lu? Emangnya lu mau nikah pake beli cincin segala?" Cerocos Sela.

"Berisik."

"Ih kasar amat jadi cowok. Pasti cewek yang lo ajak nikah bakal nolak mentah-mentah. Lagian gaada tuh cewek yang mau dan tahan sama cowok kasar."

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang