BAB 29 Cobaan Demi Cobaan

187 15 0
                                    

Q: "Kenapa lo resah?"

Aksel: "Plis jangan nanya mulu gua lagi pusing"

—AKSELA—

Sela melepas kacamata hitamnya setelah keluar dengan sebuah koper berwarna merah muda yang ia pegang. Ia langsung menyetop taxi bandara kemudian memberitaukan tujuannya. Kopernya diletakkan di bagasi mobil oleh pak supir sementara Sela masuk ke bagian kursi penumpang. 

Perjalanan dari Bandar Udara Internasional Melbourne ke hotel tidak memakan waktu lama makanya Sela memilih menatap jalanan dibandingkan memainkan ponsel. Dia ingin lihat pemandangan Melbourne di pagi hari di mana tidak banyak kendaraan. Selain karena masih pagi hari ini adalah hari libur jadi wajar orang-orang masih ada di rumah. 

Suasana baru. Kehidupan baru. Semoga Sela nyaman di sini. 

Setelah sampai di tempat tujuannya ia pun masuk ke dalam dan dibantu oleh staff hotel. Meski tajir melipir Sela tidak memilih hotel yang mahal karena dia hanya di sini selama beberapa hari. Sela harus belajar berhemat supaya makin kaya mengalahkan Bill Gates. 

Hari ini dia tidak ingin bermalas-malasan walau baru sampai. Sesudah merapikan pakaian rencananya Sela akan mendatangi beberapa kampus untuk melihat suasana kampus dan segala printilannya. Sebelumnya dia sudah menghubungi pihak kampus jadi dia tidak akan berkeliling tanpa arah. 

Sekiranya urusan kampus sudah beres dan dia tau ingin berkuliah di mana selanjutnya Sela mencari apartemen untuk ia tempati ketika kuliah. Tidak perlu yang mahal asalkan lokasinya dekat kampus, strategis, dan fasilitasnya memadai. Biasanya sih harganya lumayan mahal jika mencari apartemen sesuai keinginannya tapi siapa tau dia dapat harga yang bagus. 

Tidak harus selesai hari ini karena Sela masih punya beberapa hari jadi santai saja. 

"Oh iya Nancy" 

Sela buru-buru mencari ponselnya di sling bag putih yang ada di atas kasur. Ia pun menyalakan ponselnya kemudian mengabari beberapa kerabatnya yang tau soal kepergiannya ke Australia. Tidak mendadak karena Sela sudah merencanakan ini sejak lama. Sela mengirim pesan singkat ke Nancy, tante Jisu, dan mamanya Lutfi. 

Setelah selesai mengabari orang terdekatnya ia mematikan ponsel lalu ia lempar benda itu ke atas kasur. Sengaja Sela mengatur jadwal kepergiannya di hari yang sama dengan Nancy supaya mereka bisa berangkat bareng karena makin kesini Sela tidak bisa hidup tanpa cibiran Nancy. Dia sampai nangis segala soalnya mereka berpisah untuk waktu yang lama. 

Selama Sela kuliah di Australia dia meminta Nancy menempati apartemennya karena sayang jika tidak ada yang menempati. Sela juga menyuruh Nancy membawa kakak dan adiknya Nancy untuk tinggal di sana ketimbang di kontrakan kecil dengan satu kamar. Kalau Sela kangen Nancy dia tinggal pulang. 

"Kayaknya gue bakal betah di sini" gumam Sela yang tengah menatap seisi ruangannya. Meski bukan tinggal di sini tapi Sela suka suasananya. 

"Keep calm Misela, lo punya banyak waktu buat dibuang-buang" ucapnya pada diri sendiri. 

🧳🧳🧳

Sebelum duduk ia melepas tasnya kemudian di letakkan di bangku yang ada di sebelahnya. Padahal sudah jam sepuluh pagi tapi mukanya masih beler layaknya orang habis begadang dan putus cinta. Aslinya memang dua hal itu sedang terjadi pada dirinya. Begadang karena tugas dan urusan percintaannya belum selesai.

Menjadi mahasiswa tingkat akhir membuat seorang Lutfi sibuk sampai tidak terurus karena yang mengurusi dia selama ini sudah cabut dari kehidupannya.

"Ngopi dulu" ucap Lutfi. Ketika datang dia langsung memesan segelas frappucino jadi tinggal diantar.

AKSELA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang